Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan sepanjang dua hari tanpa henti sejak Minggu (8/2) hingga hari ini, Selasa (9/2), berpotensi menimbulkan banjir besar di wilayah Jabodetabek. Curah hujan Senin kemarin (9/2) mencapai 170 mm/hari, masuk kategori hujan sangat lebat, mendekati curah hujan saat terjadi banjir besar lima tahunan Jakarta, yakni pada level rata-rata 200 mm/hari.
Sejumlah kawasan di mana curah hujannya kemarin mencapai 170 milimeter adalah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur bagian utara, Tangerang, dan Pasar Minggu di Jakarta Selatan.
"Kemarin malam itu 170 mm per hari. Sekarang di kisaran 50 mm per hari atau sedang," kata Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Kukuh Ribudiyanto kepada CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk hari ini hingga esok, BMKG memprediksi Jabodetabek berada pada level curah hujan sedang, tidak lebih dari 50 mm/hari. Namun kewaspadaan perlu ditingkatkan pada 12-14 Februari 2015, tanggal di mana BMKG memprediksi hujan paling besar akan terjadi.
Menurut Kukuh, hujan hari ini masih berada di level normal seperti yang biasa terjadi di musim hujan, jauh dibanding saat banjir besar lima tahunan di Jakarta pada 2007 dan 2012 di mana curah hujan mencapai 200 mm/hari meskipun hal itu bukan faktor utama penyebab banjir.
"Kami lihat arah awan sangat tebal di tanggal 12, 13, 14 Februari. Hari ini sampai dua hari ke depan curah hujan tak akan lebih dari 50 mm, tapi setelah itu diharapkan tidak lebih 100 mm. Ini hanya prediksi, mudah-mudahan tidak terjadi hujan lebat," ujar Kukuh.
Data 30 tahunan yang dimiliki oleh BMKG menunjukkan setidaknya curah hujan normal dengan puncak rutin di akhir Januari atau awal Februari, lebih mengerucut pada 10 hari pertama dan paling lebat di tiga hari awal.
"Kami hanya melihat sisi curah hujan serta cuaca dan faktor di sekitar itu. Sejauh ini kondisinya masih normal," kata Kukuh.
Hujan pekan ini berdampak paling parah di kawasan Jabodetabek. Ini karena ada massa udara dingin dari Siberia yang masuk ke bagian barat Pulau Jawa. Dalam istilah meteorologi, fenomena itu disebut dengan seruak dingin atau
cold surge. Seruak dingin itu, menurut peneliti meteorologi tropis BPPT Tri Handoko Seto, bertemu angin yang bertiup dari timur, berkonvergensi, dan menyebabkan terbentuknya awan-awan hujan.
Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hary Tirto Djatmiko menyatakan konvergensi atmosfer dan lautan terbentuk di sebelah barat daya Sumatera sehingga menyebabkan pertemuan massa udara di bagian barat Jawa. Itulah sebabnya Jabodetabek yang terletak di barat Pulau Jawa terdampak paling parah.
(pit/dlp)