Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii 'Buya' Maarif, mengatakan dunia islam sedang berada di titik nadirnya saat ini. Hal tersebut ditandai dengan maraknya konflik yang muncul antara umat beragama dan di dalam pemeluk agama Islam.
Sebagai bagian dari negara yang majemuk, Buya mengatakan sudah seharusnya umat Islam di Indonesia mengerti dan mampu mengamalkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
"Dunia islam ada pada titik nadir sekarang. Apa yang dibanggakan? Jumlah penganut? kekayaan alam yang katanya sebagian besar ada di negara muslim? Tapi siapa yang kelola sumber daya itu? Bos-bos asing. Oleh sebab itu, fikih dalam masyarakat majemuk ini sebenarnya hanya salah satu masalah kecil saja," ujar Buya dalam Halaqah Fikih Kebhinnekaan dengan tema 'Fikih dan Tantangan Kepemimpinan dalam Masyarakat Majemuk' yang diadakan Maarif Institute di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (24/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemajemukan Indonesia membuat konstitusi negara ini tidak mengatur pembagian antar suku, agama, dan ras yang dianggap paling unggul dan paling lemah. Namun, pendiri Maarif Institute tersebut mengatakan hingga saat ini fakta di lapangan menunjukkan masih adanya pengelompokan berdasarkan suku, ras dan agama.
"Konstitusi Indonesia memang tidak mengenal kelompok mayoritas dan minoritas, namun dalam praktek kehidupan sehari-hari hal itu masih terlihat jelas. Sering terjadi penolakan yang kuat jika sebuah daerah mayoritas Muslim dipimpin orang non Muslim atau sebaliknya," ujar Buya.
Untuk menjembatani perbedaan yang ada di kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia, fikih kebhinnekaan pun dianggap mampu menjadi solusinya. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan fikih tersebut dapat semakin mempererat persatuan bangsa jika dipahami secara benar oleh umat Islam di Indonesia.
"Fikih kebhinnekaan menjadi sangat penting untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ia merupakan bagian dari fikih secara umum. Pemerintah mengapresiasi seluruh upaya membangun persatuan, salah satunya dengan fikih tersebut," ujar Lukman.
(utd)