Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla angkat bicara soal dokumen dari pembocor rahasia intelijen AS Edward Snowden yang mengungkapkan Selandia Baru ikut memata-matai Indonesia dan sejumlah pulau di sepanjang Samudera Pasifik pada 2009.
Menurut JK, penyadapan bukan pertama kali terjadi. “Dulu Presiden pun disadap. Saya juga disadap oleh Australia. Teknologi sekarang demikian mudahnya, bisa membuat Anda bisa menyadap dari sini, dari Amerika,” kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (6/3).
Penyadapan terhadapnya yang dimaksud JK ialah pada 2007, ketika dia dan sejumlah pejabat tinggi di Indonesia disadap oleh Badan Intelijen Australia (
Defence Signals Directorate). Aksi spionase ini sempat membuat panas hubungan RI dan Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Di dalam negeri juga bisa menyadap orang. KPK sadap orang, polisi sadap teroris. Jadi hati-hatilah kalau bicara di telepon,” ujar pria yang telah dua kali menjabat sebagai wakil presiden itu.
JK tak ambil pusing dengan upaya memperkuat sistem komunikasi guna mencegah penyadapan. “Kita kuatkan, mereka lebih kuat lagi teknik (penyadapannya). Frekuensi kan terbuka sekali. Kalau sudah masuk ke sisten operator, ya gampang pakai frekuensi, bisa sadap orang,” kata dia.
Ketika ditanya peran Badan Intelijen Negara (BIN) pada kasus-kasus penyadapan yang terjadi, JK justru menjawab, “BIN juga menyadap orang. Jadi hati-hati saja, siapa yang mau bicara rahasia ya ketemu langsung atau pakai telepon antisadap.”
Seperti dilansir Reuters, aksi penyadapan Selandia Baru terhadap Indonesia dan beberapa negara lain di Samudera Pasifik dibagi dengan intelijen dari negara-negara sekutunya yang tergabung dalam Five Eves, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.
Dokumen yang dibocorkan Snowden menyebutkan bahwa badan intelijen Selandia baru meretas surat elektronik, saluran telepon selular dan telepon rumah, serta pesan di media sosial dan komunikasi elektronik lainnya.
(agk)