Antisipasi ISIS, Smailing Tour Terapkan Prosedur Ketat

Ranny Virginia Utami | CNN Indonesia
Jumat, 20 Mar 2015 09:47 WIB
Pihak Smailing Tour telah mengajukan prosedur kepada Kemenlu untuk mengantisipasi pengiriman WNI bergabung ISIS lewat jasa tur dan perjalanan.
Ilustrasi ISIS. (CNN Indonesia/Laudi Gravicia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan penyelenggara jasa tur perjalanan domestik dan macanegara, Smailing Tour, mengaku terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dalam menangani kasus hilangnya 16 WNI di Turki yang memakai jasanya.

Chief Operating Officer Smailing Tour Davy Batubara mengatakan telah memberikan usulan kepada pihak Kemlu untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa tersebut.

"Kami sudah memberikan masukan, misalnya prosesnya akan seperti apa. Untuk sementara ini mereka tampung dan akan menanyakan juga kepada (perusahaan jasa tur) yang lain," ujar Davy kepada CNN Indonesia, kemarin. (Baca juga: Chep Hernawan: Saya juga Kandidat untuk Berangkat ke ISIS)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika ditanya lebih jauh mengenai bagaimana proses yang diusulkan oleh pihak Smailing Tour, Davy enggan membeberkannya terlebih dahulu.

Ia beralasan, usulannya ini belum pasti akan menjadi langkah baru kebijakan pemerintah dalam memperketat kepergian WNI ke luar negeri menggunakan jasa tur.

Meski pihak Kemlu belum memberikan kebijakan pasti soal pengetatan aturan WNI tersebut, namun Davy mengatakan terdapat prosedur baru yang kini mulai diterapkan oleh perusahaannya.

"Jadi kami ada (prosedur yaitu) melalui proses checking, bekerja sama dengan Kemlu," ujar Davy. Proses pemeriksaan dilakukan dengan memberikan paspor calon wisatawan yang telah mendaftar menggunakan jasa Smailing Tour kepada pihak Kemlu.

Selain bertujuan mengetahui latar belakang calon wisatawan, Davy berpendapat, proses ini juga untuk memudahkan mereka mendapatkan paspor baru, jika paspor yang mereka bawa kemudian hilang di negara tujuan.

Seperti diketahui, sebelumnya pada 24 Februari lalu 16 WNI yang menggunakan jasa Smailing Tour untuk berwisata ke Turki memisahkan diri dari rombongan dengan alasan ingin menemui keluarga.

Hingga 26 Februari, ke-16 WNI tersebut masih dapat dihubungi, namun komunikasi terputus sejak 27 Februari dan belum diketahui keberadaannya sampai sekarang.

Badan Intelijen Nasional mencium hilangnya ke-16 WNI tersebut terkait dengan kelompok ekstrimis Islam ISIS, menyusul 16 WNI lain yang ditangkap otoritas Turki di Gaziantep pada Rabu lalu. (Baca: Cerita WNI yang Mengklaim Bertemu dengan Abubakar Al-Baghdadi)

Hingga kini, pihak Smailing Tour belum mendapat kabar terbaru mengenai 16 WNI yang memakai jasa mereka. "Belum ada kabar apa-apa dari Kementerian Luar Negeri," ujar Davy.

Smailing Tour merupakan perusahaan penyedia jasa tur dan perjalanan yang berdiri sejak 1976. Berpusat di Jakarta, perusahaan dengan total pegawai sekitar 600 orang ini memiliki delapan cabang yang tersebar di Jakarta dan Bali.

Setiap tahun, Smailing Tour mampu memberangkatkan lebih dari 10 ribu wisatawan dari seluruh penjuru Indonesia ke luar negeri. Berbasis layanan telepon dan email, perusahaan ini menawarkan beragam paket wisata dengan harga yang beragam. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER