Masjid Syaichona Cholil, Dibangun Megah Disita KPK

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mar 2015 10:48 WIB
Masjid megah itu kini disita Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga terkait dengan kasus korupsi yang menjerat mantan Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron.
Masjid Syaichona Cholil di Martajasah, Bangkalan, Madura. (CNN Indonesia/istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kyai Nasih Aschal ingat, dia dulu sering bermain di Masjid Syaichona Cholil yang di dalamnya ada makam atau pesarean ulama besar Madura, atau bahkan Indonesia, Syaichona Cholil. "Waktu magrib, saya hampir selalu ke sana," katanya saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (24/3).

Kyai Nasih Aschal adalah pengasuh Pondok Pesantren Syaichona Cholil. Dia adalah sepupu dari Fuad Amin, mantan Bupati Bangkalan yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena kasus dugaan korupsi dan suap gas alam.

Waktu itu masjid Syaichona Cholil, ujarnya, masihlah sederhana. Meski sederhana, tidak mengurangi keinginan orang untuk berziarah ke makam Mbah Cholil - begitu Syaichona Cholil biasa dipanggil - lalu berdoa di masjidnya. "Ya banyak orang datang kan bukan karena megah tidaknya masjid, tapi memang ingin mendapatkan berkah dengan berziarah di makam Mbah Cholil," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid Syaichona Cholil ini dibangun selang dua tahun setelah beliau meninggal pada 14 Mei 1923. Kemegahan masjid yang kini sudah berusia 90 tahun ini, seingat Kiai Nasih dibangun hanya dalam waktu satu tahun.

Proyek itu dilakukan sesaat setelah Fuad Amin terpilih menjadi Bupati Bangkalan untuk periode pertama pada 2003 lalu.

"Seingat saya kurang lebih setahun. Pembangunan itu langsung, tanpa ada jeda," katanya. (Baca juga: Fuad Terpuruk Masjid Keramat Leluhur Bangkalan Disita KPK)

Proyek pembangunan Masjid Syaichona Cholil pada 2003 itulah yang membuat masjid itu kini disebut-sebut sebagai masjid terbesar di Pulau Madura.

Areal kompleks masjid yang berada di Martajasah, tutur Kiai Nasih, sekitar tiga hektare. Dalam kompleks itu tidak sekadar masjid, tetapi ada deretan toko dan juga tempat parkir yang luas. Kini, masjid itu disita KPK karena diduga terkait dengan kasus korupsi yang menimpa Fuad Amin.

Masjid Syaichona Cholil kini memang jadi masjid yang megah. Masjid itu terdiri dari dua bagunan utama dan satu teras yang cantik. Bangunan utama itu adalah bagian awal masjid. Di atasnya, kubah besar berwarna keemasan dengan garis-garis hijau. Sementara bangunan tambahan dan teras, di atasnya juga diberi kubah. Hanya, kubahnya kerangka besi saja berwarna perak.

Pada sisi kanan dan kiri masjid yang didominasi warna cokelat, putih dan hijau itu, berdiri dua menara tinggi. Menara-menara itu seolah menjadi bingkainya. Menara yang berada di sebelah kanan lebih tinggi dari menara yang berada di sebelah kiri.

Kiai Nasih mengaku tak tahu dari mana uang untuk proyek pembangunan kembali Masjid Syaichona Cholil. Di masjid itu, sebutnya, ada kotak amal yang ukurannya besar. "Pengurus masjid tiap pekan selalu mengumumkan soal keuangan. Dan setiap minggu, uang yang dikumpulkan dari kotak amal itu memang besar, bisa ratusan juta," katanya.

Tak salah jika Masjid Syaichona Cholil menarik banyak orang, bukan hanya dari Bangkalan, tetapi juga luar Bangkalan bahkan Indonesia. Mbah Cholil yang lahir di Desa Kemayoran, Bangkalan 27 Januari 1820 adalah ulama besar. Awalnya dia belajar pada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

Pada usia 24 tahun, dia pergi belajar ke Mekkah. Saat di Mekkah, Mbah Cholil seangkatan dengan KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH. Muhammad Dahlan. Mbah Cholil adalah yang dituakan di antara mereka dan sering dipanggil guru. Diantara murid-murid Mbah Cholil, yang kemudian menonjol adalah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdlatul Ulama/NU), KH. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang), KH. Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang), KH. Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang) KH. Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang), dan KH. As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Asembagus, Situbondo).

Kemarin, tersangka suap gas alam sekaligus bekas Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron menyesalkan penyitaan sejumlah aset leluhur yang diduga berasal dari korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Salah satunya, masjid yang berusia 90 tahun, Masjid Syaichona Cholil.

"Terpuruk saya. Aset moyang saya dari tahun 1925 dirampas. Harta keluarga besar, terutama milik teman-teman, dirampas dan disita juga. Masjid Syaifuna Cholil disita karena tanahnya atas nama saya, termasuk bangunan di atasnya," ujar Fuad usai mengikuti sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta.
(sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER