Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia meminta TNI menilai belum waktunya TNI menggelar latihan militer Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Poso Sulawesi Tengah. Selama ini terorisme berada di bawah penanganan Polri.
Komisioner Komnas HAM Otto Nur Abdullah, Selasa (24/3) menduga, latihan militer tersebut digelar untuk mengejar para anggota jaringan teroris di Palu. "Bahkan dalam latihan ini diduga menggunakan peluru tajam," kata Otto kepada CNN Indonesia.
Karena itu warga Poso diimbau Otto agar mewaspadai latihan tersebut. Latihan militer dengan menggunakan peluru tajam tersebut bisa berkembang pada operasi penanganan ISIS di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Panglima TNI diminta untuk menghormati penegakan HAM dalam segala tindakan operasi tersebut, kepada Wakapolri diminta untuk menjaga penegakan hukum," kata Otto.
Di Poso sendiri menurut Otto belum waktunya digelar latihan militer. Jika memang akan diadakan latihan, maka yang lebih berkepentingan menyelenggarakannya adalah Polri. Pasalnya di Poso, kata Otto, saat ini yang dibutuhkan adalah pengamanan, bukan pertahanan.
"Kalo dibilang ada terorisnya yakni ISIS, selama ini belum tampak," kata Otto.
Apalagi selama ini penangaganan terorisme ada di bawah kendali Polri dalam hal ini Detasemen Khusus 88 Antiteror. Menurut Otto ada kesan mengenyampingkan peran Densus 88 dalam penanganan teror di Poso dengan adanya latihan militer ini.
Latihan militer di Poso ini menurut Panglima TNI Jenderal Moeldoko akan melibatkan 3.222 personel TNI. Latihan ini dipimpin oleh Panglima Divisi-2/Kostrad Mayor Jenderal Bambang Haryanto.
Latihan ini digelar setelah rapat koordinasi antara Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan dengan Kepala Badan Intelejen Negara, Panglima TNI, Wakapolri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Februari lalu.
Poso disebut Polri adalah salah satu daerah rawan ISIS. Daerah lain yang dinilai rawan adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.
Poso juga dikenal sebagai basis jaringan teror yang dipimpin oleh Santoso. Meski beberapa kaki tangannya sudah ditangkap, namun Santoso hingga saat ini selalu luput dari sergapan petugas.
(sur)