Daeng Koro dan Insiden Tanah Runtuh

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Minggu, 05 Apr 2015 11:10 WIB
Daeng Koro disebut mantan Kepala BNPT Ansyaad Mbai terlibat dalam upaya perlawanan polisi saat mengejar 29 DPO kerusuhan Poso.
Beberapa anggota polisi memasukan jenaza salah satu anggota kelompok teroris Santoso kedalam mobil ambulans untuk diidentifikasi di Polres Parigi, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4).(ANTARA/Fiqman Sunandar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Daeng Koro alias Sabar Subagyo alias Jimmya alias Autad Rawa alias Ocep alias Abu Muhammad berdasarkan catatan kepolisian mengikuti gerakan terorisme sejak 2012.

Tetapi berdasarkan buku mantan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai "Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia" (2014) menyebutkan bahwa keterlibatan Daeng Koro pada aksi terorisme di Indonesia pada 2007.

Dia sempat turun membantu orang-orang Jamaah Islamiyah (JI)  untuk melawan polisi saat terjadi insiden Tanah Runtuh di Poso. Saat terjadi insiden itu, Daeng Koro berhasil lolos dari penangkapan. Bersama dengan orang-orang Poso lainnya, yakni Jodi alias Erwin Madani, Daeng Koro berhasil melarikan diri ke Makassar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan laporan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu, berjudul "Telaah Peran Negara dalam Penegakkan Hukum dan Merawat Rekonsialiasi di Poso", Insiden Tanah Runtuh adalah insiden perburuan polisi terhadap 29 DPO yang menjadi tersangka terorisme di Poso dan Palu.

Salah satu tokoh penting dalam insiden ini adalah Ustadz Haji Muhammad Adnan Arsal seorang tokoh ulama di Poso. Dia mendirikan Pesantren Al Amanah di Tanah Runtuh pada tahun 2000. Pada beberapa kesempatan Ustadz Adnan mengakui mengenal para tersangka pelaku terorisme di Poso dan Palu itu, secara pribadi.

“Karena saya yang mendidik mereka pengetahuan agama.Tapi saya tidak mengajarkan mereka tentang kekerasan dan sebagainya,” demikian Ustadz Adnan pada beberapa kesempatan.

Itu sebabnya, dalam perburuan terhadap 29 DPO yang menjadi tersangka terorisme di Poso dan Palu, Sulteng, aparat kepolisian dan Densus 88 Polri berusaha mendekati Ustadz Adnan. Bahkan aparat bersedia untuk menunggu laporan para tokoh ulama dalam dialog yang beberapa kali digelar oleh Pemda Poso dan Polda Sulteng sejak Oktober 2006.

Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Rikwanto, Daeng Koro tercatat sebagai pelatih dan ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib ‘askari atau latihan militer yang digelar di Tuturuga, Kabupaten Morowali dan Gunung Tamanjeka, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah; serta Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Ia juga terdeteksi berperan dalam Kasus kerusuhan Mambi pada tahun 2005. Saat itu terjadi konflik antara kelompok pro dan kontra pemekaran di tiga desa yaitu Arale, Tambulahan, Arale, dan Mambi di Kecamatan Mamasa untuk menjadi Kabupaten. Kelompok Jimmy alias Daeng Koro diduga adalah kelompok penyerang yang propemekaran.

Selain itu, sekitar tujuh tahun lalu, terpidana 20 tahun penjara kasus teroris peledakan kafe Sampoddo, Luwu, Sulawesi Selatan bernama Jasmin melarikan diri dari Lapas Kelas I Makasar. Diduga, Daeng Koro, warga Tanjung Priok yang juga pernah tergabung dalam kelompok FPI, bersama dengan Muhamad Itang, membantu pelarian Jasmin.(Baca juga: Diduga Tewas, Daeng Koro Sedikitnya Terlibat 9 Aksi Terorisme).

Wakil Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Badrodin Haiti memastikan salah seorang teroris yang tewas dalam baku tembak di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah adalah Daeng Koro, seorang pemuka dalam kelompok Santoso. Ia mengklaim tewasnya Daeng akan melemahkan kelompok teroris yang berbasis di wilayah Sulawesi Tengah itu.

"Pada umumnya kalau yang terkena pimpinannya itu bisa mempengaruhi moril, strategi mereka. Bisa juga mereka tercerai berai, bisa melemah," ujar Badrodin dalam jumpa pers di Mapolda Sulteng di Jl Sam Ratulangi, Palu, kemarin, sebagaimana dilansir detik.com.

Menurut Badrodin ada dua kelompok di wilayah Sulawesi Tengah. Masing-masing dipimpin oleh Daeng Karo dan Santoso. Kelompok yang dipimpin oleh Daeng Karo memiliki anggota sekitar 10-15 orang. Sementara yang dipimpin Santoso berjumlah sekitar 20-an orang. Sehingga total ada sekitar 30-35 orang.( Baca juga: Badrodin Nyatakan Tewasnya Daeng Koro Lemahkan Santoso) (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER