Kegelisahan berbeda dirasakan Yati (50), warga Bogor, Jawa Barat. Hingga Rabu pagi (18/3), jadwal operasi suaminya tak kunjung pasti. Sang suami, Dede Rahmattulah (54) menderita tumor otak.
Setelah berobat ke Puskesmas Jonggol dan Rumah Sakit MH Thamrin, Dede dirujuk ke RSUP Fatmawati. Peserta BPJS Kesehatan golongan III Mandiri ini telah tiba di Fatmawati sejak Jumat lalu (13/3). Menunggu lebih lama demi operasi gratis.
“Kata dokter bedah saraf, alatnya belum ada,” ujar Yati saat dihubungi CNN Indonesia pada Rabu (18/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Beberapa jam kemudian, Yati mengabari, “Sekarang alatnya sudah ada, tetapi ruangan ICU (Intensive Care Unit) penuh.”
Alhasil, Dede harus menunggu lagi. Mengejar pengobatan sampai ke Jakarta bukan hal mudah bagi Yati. Pasalnya, dibutuhkan biaya akomodasi bagi Yati dan anaknya yang menunggui pengobatan Dede. Untuk itu dia berharap operasi segera terlaksana sehingga dia sekeluarga bisa segera kembali ke Bogor.
Yati yang juga merupakan peserta BPJS Kesehatan berharap penuh tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk pengobatan Dede. “Sebelum operasi, suster meminta saya mengurus semua dokumen ke pelayanan BPJS Kesehatan di lantai dasar. Sudah saya siapkan semua. Mudah-mudahan enggak usah bayar apa-apa lagi,” kata Yati berharap.
Penghasilannya yang pas-pasan sebagai pekerja rumah tangga serta suami yang sudah tidak lagi bekerja membuat Yati menaruh harapan tinggi pada BPJS Kesehatan. “Suami sudah tidak kerja dua tahun. Berat sih kalau disuruh bayar,” tuturnya.
Dia juga mengaku taat membayar iuran BPJS Kesehatan. Setiap bulan, Yati menyisihkan uang untuk iuran BPJS Kesehatan, baru kemudian untuk kebutuhan lain.
Pasien lainnya, David (36), ternyata lebih beruntung. Warga Bandung, Jawa Barat, ini akhirnya menjalani operasi untuk penyakit hidrochepalus pada Sabtu pagi (14/3). Sebelumnya, peserta BPJS Kesehatan kelas II Mandiri itu telah menunggu kepastian selama satu hari penuh.
“Sekarang sudah di ruangan ICU untuk masa pemulihan,” kata istri David, Yani (25) kepada CNN Indonesia pada Rabu (18/3).
Yani bersyukur belum ditagih biaya apapun. Kali ini dia menjadi lebih waspada akan hak-haknya karena sebelumnya pernah punya pengalaman tidak menyenangkan.
“Sebelumnya suami dibawa berobat ke RS Umum Daerah Al-Ihsan Bandung. Sebelum operasi, kami disuruh beli selang yang harganya Rp 5,5 juta,” kata Yani bercerita.
Pihak RS mengatakan selang tidak dibayar oleh BPJS Kesehatan. Karena keberatan, Yani dan suami akhirnya pindah ke RSUP Fatmawati. Kebetulan, kartu BPJS Kesehatan mereka mencantumkan alamat mereka yang di Cileungsi, Bogor sehingga bisa dirujuk ke RS Fatmawati. Kini, Yani hanya berharap suaminya bisa sembuh tanpa membayar satu rupiah pun.