Pihak RSUP Fatmawati membenarkan bahwa memang masih ada antrean panjang pasien saat hendak berobat. Andi Wahyuningsih Attas kepada CNN Indonesia mengatakan, antrean pasien disebabkan karena sistem rujukan berjenjang yang diharapkan belum berjalan dengan optimal.
"Sehingga pasien yang seharusnya bisa dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama tetap ikut antre di RS atau fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjutan," kata Wahyuningsih, 19 Maret lalu.
Terkait pasien yang semestinya mendapat perawatan di instalasi gawat darurat (IGD) namun masih harus antre, Wahyuningsih mengaku memiliki prosedur dalam penanganan pasien berkategori gawat. Pada prinsipnya, pelayanan IGD memiliki triase yang melihat pasien kritis dan harus yang harus dilayani secara cepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Terjadi peningkatan pasien menunggu lama di IGD karena ruang perawatan yang dibutuhkan masih penuh, khususnya pasien yang butuh ICU, ICCU, NICU, PICU, dan high care unit," tutur Wahyuningsih.
Dia menjelaskan, antrean ruang perawatan terjadi lantaran hingga kini, BPJS Kesehatan masih lebih banyak bekerja sama dengan RS pemerintah yang memiliki keterbatasan ruang perawatan yang dibutuhkan. "RS swasta masih banyak yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, padahal memiliki tempat perawatan yang kosong," ujarnya.
Keterbatasan tersebut membuat pelayanan RSUP Fatmawati juga menjadi tidak optimal. Termasuk soal peemberian fasilitas kepada para peserta BPJS Kesehatan yang mengeluhkan mendapat ruang perawatan kelas 3 padahal dia membayar iuran kelas 1.
"Hal itu mungkin terjadi hanya beberapa kasus saja yang betul-betul pasiennya tidak mau dirujuk. Sedangkan RS Fatmawati sangat penuh untuk kelas 1. Tentu atas persetujuan keluarga," katanya.
(rdk/sip)