Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri mengungkap modus penipuan oleh warga asing menggunakan perangkat lunak jahat (
malware) yang telah merugikan Rp 130 miliar dalam sebulan.
Menurut Direktur Tipideksus Brigadir Jenderal Viktor Simanjuntak menjelaskan, pelaku menggunakan malware ini untuk mengalihkan nasabah bank yang hendak mengakses laman perbankan elektronik atau e-banking ke laman palsu. "Laman palsu ini sama persis seperti laman bank resmi," ujarnya, Senin (14/4).
Pada laman palsu, data-data yang dimasukkan oleh nasabah ditampung oleh server pelaku dan dimodifikasi sebelum dikirimkan ke bank. Jumlah uang dan tujuan rekening diubah sehingga menguntungkan pelaku.
(Baca:Mengupas Cara Kerja Malware Pencuri Uang)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uang nasabah dalam transaksi ini, alih-alih ditransfer ke rekening yang dikehendaki, justru dikirim ke rekening kurir. Dari rekening kurir, uang dikirim ke Ukraina menggunakan Western Union dan Moneygram.
"Kurir ini tidak tahu kalau mereka melakukan kejahatan. Dia mengira telah melakukan kesepakatan bisnis dengan pelaku," ujar Viktor.
Menurut Viktor, pelaku yang merupakan warga asing merekrut kurir dengan dalih tidak bisa membuka rekening di Indonesia. Kesepakatannya, kurir mendapatkan 10 persen dari setiap dana yang diterima di rekeningnya. (Baca juga:
Tanda Komputer Anda Terkena Malware Pencuri Uang)
"Pelaku mengaku berbisnis. Bisnisnya macam-macam, bisnis kayu dan lain-lain," kata Viktor.
Bekerja sama dengan InterpolHingga saat ini, pelaku belum berhasil ditangkap karena berada di Ukraina. Viktor menyatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan Interpol untuk mengejar pelaku.
Meski berada di Ukraina, Viktor belum bisa memastikan kewarganegaraan sang pelaku. Namun, berdasarkan keterangan para kurir, pelaku berkulit putih.
Malware yang digunakan dalam penipuan ini beredar bebas di internet. Pengguna internet dapat terinfeksi begitu saja ketika mengunduh perangkat lunak bajakan.
Viktor tidak bisa menyebutkan situs mana saja yang digunakan untuk modus ini. Namun dia mengatakan, perangkat lunak tersebut lebih mudah menginfeksi sistem operasi bajakan. "Karena itu kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak yang asli," ujarnya.
Sejauh ini, sudah ada sekitar 300 nasabah dan 50 kurir yang tertipu akibat modus ini. "Dia masih ada di luar sana dan saya yakin hingga saat ini penipuan masih berlangsung," ujar Viktor.
(sip)