Seribu Lilin demi Selamatkan Mary Jane dari Eksekusi Mati

Ranny Virginia Utami | CNN Indonesia
Senin, 27 Apr 2015 07:09 WIB
Niat bekerja jadi pembantu rumah tangga di negeri orang berujung petaka bagi Mary Jane. Ia dijadikan kurir narkoba. Hidupnya akan berakhir besok.
Aktivis Jaringan Buruh Migran Indonesia melakukan aksi damai di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (26/4), meminta eksekusi atas Mary Jane dibatalkan. (CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Minggu malam (26/4), puluhan orang berkumpul di halaman  seberang Istana Merdeka, Jakarta, dipayungi rintik hujan. Mereka berseru menyuarakan pembelaan terhadap salah satu terpidana mati kasus narkoba yang bakal dieksekusi esok Selasa (28/4), Mary Jane Fiesta Veloso asal Filipina.

"Save Mary Jane! Save Buruh Migran! Jokowi-JK jangan diam!" seru para aktivis buruh migran.

Para demonstran itu berasal dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Jaringan Buruh Migran Indonesia, Migrant Care, dan lembaga advokasi buruh migran lainnya. Meski eksekusi mati kian dekat, bak menghitung jam demi jam, mereka tak surut berupaya menyelamatkan Mary Jane.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu demi satu perwakilan dari organisasi itu berorasi bergantian. Mereka menuntut pemerintah Indonesia, terutama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, untuk menghentikan hukuman mati terhadap Mary Jane yang dianggap menjadi korban.

"Jokowi harus segera melakukan evaluasi upaya penegakan hukum di Indonesia yang saat ini selalu tajam ke bawah dan tumpul ke atas," ujar orator perempuan dari Migrant Care. (Baca: Komnas Perempuan Sebut Mary Jane Korban KDRT dan Trafficking)

"Apa yang terjadi terhadap Mary Jane adalah bukti nyata bahwa hukum Indonesia tidak berpihak kepada orang yang lemah dan miskin," kata dia.

Kisah tragis Mary

Wakil Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan Yuniyanti Chuzaifah menyatakan Mary Jane merupakan korban. Ia lantas menceritakan kisah hidup Mary Jane yang berliku sampai berakhir di penjara.

Mary Jane, ujar Yuniyanti, merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga dan perdagangan manusia. Dia berasal dari keluarga miskin di Filipina. Keluarganya pengumpul dan penjual barang bekas. Tak heran Mary jane putus sekolah. Ia hanya mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat SMP.

Mary Jane menikah dini pada usia 16 tahun. Sial, ia menjadi korban kekerasan oleh suaminya sendiri, pun harus berperan sebagai kepala keluarga. Mary Jane lantas menjadi buruh Migran di Dubai, Uni Emirat Arab. “Ia pernah hampir diperkosa di sana,” kata Yuniyanti.

Usai insiden itu, Mary dirawat sebulan di rumah sakit. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke negara asalnya, Filipina. Namun ia lagi-lagi menjadi pekerja migran dan direkrut oleh tetangganya, Cristina, untuk bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga secara ilegal.

Untuk ke Malaysia, Mary Jane menggadaikan motor dan ponselnya. Itu pun masih kurang untuk menutupi biaya keberangkatan sehingga  gaji Mary di Malaysia menurut Cristina bakal dipotong selama tiga bulan pertama.

Namun setibanya di Kuala Lumpur, pekerjaan yang dijanjikan ternyata sudah tak lagi tersedia. Mary lalu diminta Cristina untuk ke Indonesia. Ia dijanjikan bakal segera dipekerjakan sekembalinya dari Indonesia. “Namun ia ditipu dan malah dijadikan kurir narkotik,” ujar Yuniyanti.

Ketika hendak ke Indonesia, tepatnya Yogyakarta, Mary Jane dibekali uang US$500 dan diberi tas untuk menyimpan pakaian dan peralatan pribadinya. Namun tanpa sepengetahuan Mary, kata Yuniyanti, dimasukkan pula heroin 2,6 kilogram ke dalam tas itu. Begitu mendarat di Bandara Adisucipto, Mary ditangkap oleh otoritas Indonesia.

Grasi yang diajukan Mary Jane ditolak oleh Presiden Jokowi. Komnas Perempuan kini meminta Jokowi menunggu hasil permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan tim penasihat hukum Mary untuk kedua kalinya. PK II ini memasukkan dimensi perdagangan manusia, poin yang tak ada di PK I Mary. Bukti-bukti baru bahwa Mary menjadi korban perdagangan manusia disertakan.

Komnas Perempuan juga meminta pemerintah untuk menimbang dimensi perempuan dalam kasus narkotik. Menurut mereka, perempuan rentan menjadi korban, dijebak untuk menjadi kurir narkotik.

Seribu lilin

Aksi damai untuk Mary terus berlangsung di tengah rintik hujan. Usai berorasi, para pegiat migran menyalakan lilin yang telah disusun rapi di sebelah utara halaman luar Monumen Nasional. Seribu lilin.

Sembari menyalakan seribu lilin, seorang pria berperawakan kurus yang mengenakan kaus hitam mengambil alih pengeras suara. Ia kemudian mengambil secarik kertas dari kantong celana dan mulai membacakan puisi.

"Karena aku ditindas sama seperti anakmu.
Kita tidak sendirian, Ibu.
Tujuan kita satu, Ibu.
Pembebasan.
Kutundukkan kepalaku, Ibu.
Kepada para korban,"

Usai pembacaan puisi, para demonstran menyanyikan lagu 'Ibu Pertiwi' dengan khusyuk. Aksi ini, menurut Enni Rofiatul dari LBH Jakarta masih akan berlanjut hingga hari ini, Senin (27/4).

"Rangkaian acaranya ada empat. Usai kemarin beraksi di Bundaran Hotel Indonesia dan di depan Istana Merdeka, pagi dan malam hari ini juga berlanjut," ujar Enni.

Simak selengkapnya FOKUS: 'Badai' Eksekusi Mati

Mary Jane kini mendekam di LP Besi, Nusakambangan, bersama tiga terpidana mati lainnya yang telah lebih dulu menghuni LP tersebut, yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran asal Australia, serta Raheem Agbaje Salami asal Nigeria.

Sementara Rodrigo Gularte asal Brasil dan Zainal Abidin asal Indonesia berada di LP Pasir Putih. Tiga terpidana lainnya, yakni Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa dan Okwudili Oyatanze asal Nigeria, serta Martin Anderson alias Belo asal Ghana, berada di LP Batu.

Suara hati Mary

Berikut surat Mary Jane kepada Presiden Jokowi:

Kepada Bapak President Joko Widodo

Saya sungguh-sungguh memohon kepada Yang Mulia untuk mengampuni saya dari hukuman mati. Saya percaya dan yakin bahwa Bapak punya hati nurani dan sangat bijaksana untuk mengambil keputusan yang manusiawi.

Saya sebagai ibu yang punya dua anak yang masih kecil dan sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu yang mereka cintai.

Bapak Yang Mulia, saya percaya bahwa Bapak sebagai ayah untuk anak Bapak, bisa merasakan apa yang anak Bapak rasakan kalau anak Bapak yang ada di posisi anak-anak saya, pasti sangat menyakitkan karena mengambil hak anak-anak saya untuk bersama dengan ibu mereka dengan tidak mengabulkan permohonan grasi saya.

Bapak Yang Mulia, saya percaya sebagai Bapak Negara Indonesia seharusnya Bapak melindungi anak-anaknya, terutama yang benar-benar tidak bersalah.

Saya sungguh-sungguh mohon selamatkan saya dari hukuman mati dan berikan saya kesempatan untuk bersama dan membesarkan anak-anak saya. Tuhan selalu memberkati Bapak President Joko Widodo dan seluruh keluarga Bapak.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER