Raheem Salami, Patah Hati Jelang Menit Akhir Menatap Dunia

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Selasa, 28 Apr 2015 08:42 WIB
Malam ini menjadi saat terakhir Raheem dipeluk angin bumi. Namun dua permintaannya tak bisa dipenuhi. Hingga ajal menjemput, ia tak dapat bertemu keluarganya.
Raheem Agbeja Salami saat dipindahkan ke Nusakambangan dari Lapas Madiun, Jawa Timur, Rabu (4/3). (Antara/Siswowidodo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raheem Agbaje Salami menjadi salah satu terpidana mati kasus narkoba yang akan menghadapi regu tembak malam ini, Selasa (28/4). Nusakambangan, pulau di selatan Cilacap, Jawa Tengah, akan menjadi tempat terakhirnya menatap dunia.

Permintaan terakhir pria yang dinyatakan terbukti bersalah atas kasus penyelundupan narkotik ini berbeda dengan delapan terpidana lain yang kini juga menanti eksekusi mati. Ada tiga permintaan terakhir Raheem: ingin dipanggil dengan nama aslinya, Jamiu Owolabi Abashin; ingin didampingi keluarga; dan ingin medonorkan ginjalnya.

Kuasa hukum Abashin, Utomo Karim, menyatakan pihak keluarga sudah pasti tak dapay mendampingi kliennya di jam-jam hingga menit-menit terakhir menjelang eksekusi. Keluarga Abashin terganjal masalah visa dan ekonomi sehingga hanya bisa berkomunikasi menggunakan jalur telepon. Abashin pun hendak berikhlas, berkata kepada keluarganya agar tidak memaksakan diri datang ke Indonesia.

Sialnya, permintaan Abashin untuk mendonorkan ginjalnya juga tak bisa dipenuhi. “Alasan teknis kedokteran membuat permintaan soal donor itu tak bisa dilakukan,” ujar Utomo.

Permintaan Abashin untuk mendonor ginjal itu juga sudah didengar oleh Kejaksaan Agung. Namun Juru Bicara Kejaksaan Agung Tony Spontana menyatakan permintaan tersebut tak dapat dipenuhi karena sifat donor organ yang tidak bisa ditunda-tunda. Padahal akan ada jeda waktu dari eksekusi hingga organ yang didonorkan dapat diterima oleh yang orang membutuhkan.

Ironisnya, seorang warga sudah berminat menerima donor ginjal Abashin. Sona Suratman, warga Cilacap, Jawa Tengah, mengatakan kakaknya yang tinggal di Lampung, Murjilah, membutuhkan donor ginjal. Murjilah saat ini terpaksa menjalani cuci darah dua kali seminggu karena gagal ginjal.

Meski cuci darah dapat dilakukan tanpa biaya, Murjilah masih harus mengeluarkan uang untuk menyewa mobil lantaran posisi rumahnya yang jauh dari rumah sakit. Padahal suami Murjilah hanya punya sedikit penghasilan dari pekerjaan sehari-harinya sebagai petani.

Hanya satu permintaan Abashin yang dapat dengan mudah dipenuhi, yakni dipaggil dengan nama aslinya. Belakangan diketahui, nama Raheem Agbaje Salami adalah pemberian bandar narkotik Thailand yang memerintahkan Abashin untuk mengantar heroin ke Surabaya, Jawa Timur.

Meski satu permintaannya terpenuhi, Abashin harus patah hati karena keinginannya untuk menyelamatkan nyawa orang lain kandas di Nusakambangan. Sampai ajal menjemput, ia pun tak dapat bertemu keluarganya. Pedih di ujung hidup terpaksa ditanggung Abashin.

Simak FOKUS: 'Badai' Eksekusi Mati

Abashin ditangkap di Surabaya pada 1999 saat menyelundupkan heroin seberat 5 kilogram. Setelah diadili pada tingkat pertama, Abashin divonis penjara seumur hidup. Ia kemudian mengajukan banding. Oleh majelis hakim pengadilan tinggi, hukuman Abashin diringankan menjadi penjara 20 tahun.

Namun Abashin masih tak puas. Ia mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Malang ia dapat, Hakim Agung justru memperberat hukuman Abashin menjadi vonis mati. Tak terima, Abashin lantas mengajukan Peninjauan Kembali. Upayanya mencari keadilan kandas. Ia tetap diganjar hukuman mati. Grasi yang ia ajukan ke Presiden Jokowi pun ditolak. Suratan nasib Abashin telah digariskan. Malam ini menjadi saat terakhirnya dipeluk angin bumi. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER