Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Tony Spontana, menyatakan delapan terpidana mati yang dieksekusi pada dini hari langsung tewas pada tembakan pertama. Kondisi tersebut berbeda dengan apa yang terjadi pada eksekusi gelombang pertama pada pertengahan Januari lalu.
Melalui keterangan Kejaksaan yang bertugas sebagai saksi di lokasi eksekusi, kata Tony, pelaksanaan kali ini berlangsung lebih baik.
Dia mengatakan, eksekusi dilakukan dengan lebih rapi dan tembakan dilakukan secara serentak pada pukul 00.35 WIB, hingga akhirnya dimandikan 10 menit kemudian.
(Baca juga: Jelang Eksekusi, Sylvester Ucapkan Maaf pada Presiden Jokowi)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dicek, semua meninggal pada tembakan pertama," kata Tony di Kejaksaan Agung, Rabu (29/4).
Tony menjelaskan, pelaksanaan terbilang kondusif karena didukung faktor cuaca dan fasilitas yang sudah direhab. "Misalnya, tempat pemandian jenazah itu bagus, tenda juga yang kemarin dipersiapkan lebih bagus," ujarnya.
(Baca FOKUS: Setelah Bedil Menyalak)
Setelah dimandikan, lanjut Tony, jenazah diserahkan kepada keluarga pada pukul 04.35 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan iring-iringan jenazah keluar dari lokasi, termasuk evakuasi terpidana Mary Jane Fiesta Veloso yang eksekusinya diputuskan untuk ditunda di detik-detik terakhir.
Berdasarkan ketentuan, eksekusi dilakukan oleh 14 orang regu tembak, yang terdiri atas 13 penembak dengan senjata laras panjang dan satu komandan. Terpidana ditembak tepat di jantung dan boleh memilih untuk ditembak dalam keadaan duduk atau berdiri.
Setelah ditembak, terpidana diperiksa kondisinya oleh tim kesehatan dan jaksa eksekutor. Jika terpidana masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan, maka komandan regu tembak akan kembali menembak terpidana di bagian kepala agar tidak terlalu lama mengalami rasa sakit.
(Baca juga: Pemakaman Martin Anderson di Bekasi Hanya Dihadiri 5 Kerabat)Delapan terpidana telah dieksekusi pada dini hari tadi. Kedelapan terpidana itu di antaranya adalah empat warga Nigeria, Jamiu Owolabi Abashin yang lebih dikenal sebagai Raheem Agbage Salami, Okwudili Oyatanze, Martin Anderson dan Silvester Obiekwe Nwolise. Ada pula Rodrigo Gularte dari Brasil dan Zainal Abidin dari Indonesia. Selain itu, terdapat duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Sementara itu, terpidana asal Filipina yang semula akan dieksekusi pada gelombang kedua, Mary Jane Fiesta Veloso, disisihkan dari daftar eksekusi setelah Presiden Joko Widodo menyatakan memberi kesempatan terhadap Veloso untuk menjalani pemeriksaan, terkait dugaan tindak kejahatan perdagangan manusia yang terjadi kepadanya.
(Baca juga: Mary Jane Benturkan Kepala ke Tembok Saat Menanti Eksekusi)
(meg)