Jakarta, CNN Indonesia -- Tepukan tangan dan tawa berderai dari ratusan penghuni, petugas, dan pengunjung penjara Besi, Nusakambangan, Jawa Tengah. Keriaan itu terjadi pada Senin siang lalu, sekitar pukul 13.15 WIB, tepat satu hari menjelang eksekusi mati delapan terpidana narkotik.
Beberapa dari mereka hadir di tempat itu yang mulanya tak tahu-menahu segera sadar setelah terpidana mati Andrew Chan dan Febyanti Herewila atau yang akrab disapa Feby, keluar dari sebuah gereja kecil di dalam lapas, sembari bergandengan tangan.
Andrew berdiri di tengah. Di sebelah kanannya, Feby bersanding. Sementara sang ibunda Andrew, Helen Chan, mengantarkan anaknya di sebelah kiri. (Baca juga:
RI Sampaikan Simpati Pada Keluarga Chan dan Sukumaran)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka menikah, mereka menikah," ujar seorang pengunjung meneriakan kabar bahagia itu.
Selama beberapa menit, kegembiraan menyeruak di penjara tersebut. Andrew pun tak henti-hentinya melempar senyuman. Begitu pula dengan sang istri dan Helen yang saat itu mengaku sedang sakit keras.
Menghampiri keluarga dan para kerabat, mereka kemudian saling berpelukan. "Pernikahan itu kebahagiaan kecil di tengah pusaran kesengsaraan," ujar seorang tim kuasa hukum Andrew yang saat itu berada di penjara Besi.
Saat mengucap janji suci, Andrew tampak rapi dengan balutan kemeja biru berlengan panjang dan celana jeans berwarna gelap. Kekasihnya, Feby, tampak manis dengan sebuah batik bercorak merah muda, perak, dan hitam. Feby memilih menggulung rambut panjangnya yang berwarna hitam ketimbang mengurainya.
Andrew telah menanti sang kekasih di dalam gereja kecil. Feby pun menyusulnya. Tak lama keduanya telah bersiap di altar. Seorang pendeta menikahkan mereka. Ia meminta janji kedua sejoli untuk sehidup semati dalam kondisi apa pun. Keduanya menyanggupi. Tak ada selebrasi mewah, memang. (CNN Indonesia:
Media Australia Masih Ramai Beritakan Eksekusi Bali Nine)
"Pernikahan berlangsung sederhana," kata kakak Andrew, Michael Chan, kepada CNN Indonesia.
Andrew, menyodorkan sebuah cincin kepada Feby dan memasangkannya di jari manis sebelah kanan. Sebuah senyum bahagia merekah dari bibir mereka. Senyum yang bisa jadi adalah senyum terakhir mengantar kepulangan Andrew.
"Itu adalah hari yang membahagiakan. Mereka menikmatinya di bawah kondisi demikian. Kami bahagia untuk mereka. Tapi sayangnya mereka tak bisa lebih lama menikmati cinta," ujar Michael.
Sungguh sebuah kejutan buat keluarga Andrew. Sebab, menurut cerita Michael, mulanya ia tak tahu-menahu soal pelaksananan pernikahan. Ia bertutur, pernikahan tersebut telah dirahasiakan adiknya dan Feby dari keluarga.
Senin pagi, seperti biasa, keluarga dan kerabat Andrew berangkat dari Hotel Dafam tempat mereka menginap, ke Dermaga Wijayapura. Tak lama, mereka pun menyebrang menggunakan sebuah perahu menuju Dermaga Sodong, Pulau Nusakambangan. Mereka melanjutkan perjalanan menuju LP Besi, tempat Andrew diisolasi sebelum dieksekusi. (Baca juga:
Jenazah Duo Bali Nine Dipulangkan dengan Garuda Indonesia)
"Pernikahan dengan Feby itu mereka rahasiakan. Mulanya, kami bangun pagi ini dan menjenguknya. Ketika kami sampai di sana, kami mendengar soal rencana mereka berdua. Saya tak tahu sampai saya tiba di sana. Itu menyenangkan sekali," cerita Michael.
Michael berharap, pernikahan tersebut dapat membawa adiknya pada kebahagiaan jelang eksekusi. "Saya rasa dia berusaha menikmati waktunya (menjelang eksekusi)," katanya.
Kebahagiaan semakin membuncah dengan kehadiran Feby sebagai sang istri. Meski status tersebut hanya disandang dalam waktu tak lebih dari 2 hari, keduanya menikmatinya.
"Ya itu baik dengan keberadaan Feby di sana. Andrew punya keluarga di sana dan mungkin menunjukkannya ke beberapa kerabat di penjara," tuturnya.
Sosok Andrew di Mata MichaelMalam itu, tepat sebelum eksekusi digelar, Michael sempat mengisahkan sosok adiknya kepada CNN Indonesia. "Andrew adalah sosok yang sangat perhatian dan penuh kasih," ujarnya.
Selama berpisah 10 tahun, Michael berkisah adiknya telah banyak berubah. Andrew terlihat menjadi lebih penyayang.
Andrew mencintai keluarga dan seluruh penghuni lapas, di Kerobokan, Bali. Ia pun telah menjadi seorang pendeta yang membaptis banyak orang. (Baca juga:
Jemput Ajal, Para Terpidana Mati Menolak Penutup Mata)
"Dia tak pernah mengeluh. Kalau siapa pun meminta tolong padanya, dia akan senang hati menolongnya. Dia sangat peduli. Tak melihat gimana pun kondisinya dan persoalannya, dia akan bantu," katanya.
Terlebih, selama bertahun-tahun di balik jeruji besi, Andrew telah memutuskan untuk berhenti mengonsumsi narkoba. Ia lebih senang menghabiskan waktu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. (Baca juga:
Prasetyo: Eksekusi 8 Terpidana di Menit dan Detik yang Sama)
"Dia adalah pria muda yang baik dan telah merehabilitasi banyak orang. Buat kami, ini perubahan drastis. Kenapa tidak diberikan kesempatan kedua untuk hidup?" ujarnya.
Tepat pada Rabu lalu, pukul 00.35, Andrew menghembuskan nafas terakhir. Ia mati di depan regu tembak, di Lapangan Limus Buntu, Nusakambangan. Hukuman tersebut harus dibayarnya atas upaya penyelundupan heroin seberat 8,2 kilogram di Bali, Indonesia.
Feby pun, harus merelakan kepergian suami yang baru dinikahinya dua hari, untuk selamanya. Jenazah Andrew diterbangkan ke Australia sore ini.
(pit)