Panggilan Hati Para Pemandi Jenazah Terpidana Mati

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Jumat, 01 Mei 2015 12:54 WIB
"Saya tidak takut memandikan jenazah. Saya justru takut kalau tidak bisa mengerjakan talenta yang telah diberikan Tuhan untuk pelayanan," ujar Hendro.
Sejumlah anak Panti Asuhan Eklesia menangis saat mengantarkan jenazah Okwudili Oyatanze menuju pemakaman di Panti Asuhan Eklesia, Tambakboyo, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (29/4). Okwudili Oyatanze warga Nigeria dieksekusi mati karena kasus penyelundupan 1,1 kilogram heroin pada tahun 2001. (Antara Foto/Aloysius Jarot Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Namanya Suhendro Putro. Banyak orang memanggilnya Hendro. Pria 62 tahun tersebut menjalani profesinya sebagai pemandi jenazah. Terakhir, ia memandikan jenazah enam terpidana mati yang ditembak pada gelombang kedua eksekusi mati perkara narkotik.

Hampir seperempat abad dia melakoni pekerjaan tersebut. "Itu panggilan hati. Untuk pelayanan, saya sudah diberi talenta seperti ini dan harus dilakukan," kata Suhendro, bercerita kepada CNN Indonesia.

Di usianya yang sudah senja, Suhendro tetap gigih dan semangat menggeluti profesi yang tak banyak dilirik orang. Profesi ini, menurutnya, tak mengenal waktu. (Baca juga:
"Jam 21.00, saya sudah harus siap di Dermaga Sodong, terus jam 01.00 naik ke (Lapangan Tembak) Limus Buntu," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rabu (29/4), hari di mana eksekusi terjadi, Hendro dan timnya diminta sudah bersiap untuk menyucikan para jenazah yang baru saja ditembak mati oleh regu tembak Brimob Polres Purwokerto. Ia pun, sengaja begadang dan bersiap.

Pukul 00.35 WIB, delapan terpidana mati tunai dieksekusi. Kemudian, jenazah diangkat menuju ruang pemandian yang letaknya tepat di sebelah lapangan tembak. (Baca juga: Filipina Akan Ajukan Lagi Pengampunan untuk Mary Jane)

Hendro dan timnya pun segera mengenakan masker, sarung tangan, dan celemek untuk memandikan jenazah tersebut. Sebelum memulai pekerjaan, Hendro dan timnya berdoa,"Tuhan, beri aku kelancaran dalam mengerjakan orang ini untuk menghadap Tuhan dan memohon maaf atas segala kesalahan."

Doa tersebut, menurut Hendro, dipanjatkan guna menangkis segala gangguan selama proses pemandian jenazah. Tak jarang, ada beragam hal kecil yang kerap menggangu proses.

Mereka yang segera dimandikan oleh Hendro yakni Jamiu Owolabi Abashin yang lebih dikenal sebagai Raheem Agbage Salami, Okwudili Oyatanze, Silvester Obiekwe Nwolise, Rodrigo Gularte dari Brasil, serta duo Bali Nine Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

“Setelah luka bekas tembak dijahit. Mereka langsung dimandikan," katanya.

Sebanyak tiga hingga empat orang tim Hendro memandikan tiap jenazah. Mulanya, jenazah dibersihkan menggunakan air yang mengalir dari tower melalui selang. Kemudian, tim membersihkan seluruh badan. Selanjutnya, jenazah segera dipakaikan baju, celana, dan jas. Tak lupa, sebuah dasi menghiasinya. (Baca juga: Menilik Pidana Mati bagi Pemilik 50 Gram Heroin)

"Puji Tuhan semua lancar," katanya.

Setelah semua rampung, seluruh jenazah segera dimasukkan ke dalam peti yang telah disiapkan untuk kemudian dikuburkan.

Selain keenam terpidana mati gelombang II, Hendro telah lebih dahulu memandikan terpidana mati gelombang I, yakni Marco Archer Cardosa dari Brazil, Daniel Enemuo asal Nigeria, dan Ang Kiem Swie dari Belanda. 

"Saya tidak tahu definisi takut. Saya tidak takut memandikan jenazah. Saya justru takut kalau tidak bisa mengerjakan talenta yang telah diberikan Tuhan untuk pelayanan," ujarnya. Hendro yakin, pekerjaan yang digelutinya dapat membawa manfaat bagi umat. (Baca juga: Kejaksaan Sebut Opsi Pemeriksaan Jarak Jauh untuk Mary Jane) (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER