Prostitusi Online Kelas Atas Bakal Sulit Diberantas

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2015 13:24 WIB
Psikolog forensik kriminal Reza Indragiri Amriel menyebut keuntungan ekonomi yang besar menjadi PSK kelas atas membuatnya jadi pekerjaan utama.
Barang Bukti berupa pakaian dalam dan sebuah handphone yang diamankan polisi saat membongkar bisnis prostitusi online di sebuah hotel di Jakarta Selatan, Jumat (8/5) malam. (CNNIndonesia/Lalu Rahadian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Soal prostitusi online kembali jadi perhatian setelah Polres Jakarta Selatan menangkap Robbie Abbas, muncikari pekerja seks komersial (PSK) kelas atas yang disebut-sebut dari kalangan artis.

Psikolog forensik kriminal, Reza Indragiri Amriel menilai, prostitusi online, apalagi kelas atas, sulit untuk diberantas. Hal yang bisa dilakukan untuk menekan hal ini dengan membongkar seluruh imperium bisnis esek-esek online kelas atas ini.

“Polisi harus membongkar semua jaringan bisnisnya. Tidak hanya PSK nya, tapi muncikarinya, pelanggannya. Juga hotel yang mempermudah itu juga meski diberi hukuman,” kata dia saat dihubungi oleh CNN Indonesia, Selasa (12/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prostitusi online kelas atas, papar Reza punya karakteristik khusus yang membuatnya sulit diberantas. Pertama, jaringannya lebih tertutup dan eksklusif. Kedua, para pelacurnya, sedari awal memang berniat menjadikan esek-esek sebagai pekerjaan, profesi. “Makanya benar ada yang namanya pekerja seks komersial (PSK),” katanya.

Reza membagi prostitusi menjadi dua kategori. Pertama, prostitusi di mana pelacurnya adalah korban dari kondisi sosial. Prostitusi ini yang umumnya berada di lokalisasi. Kedua, adalah prostitusi di mana pelacurnya secara sadar melakukan hal ini sebagai sebuah profesi yang menguntungkan. Prostitusi tipe kedua ini menyebar dan tidak pernah mau untuk dilokalisir. Mereka bekerja secara profesional dan memiliki jaringan yang rapi. (Baca juga: Soal Prostitusi, Ada Tiga Kategori PSK di Indonesia)

Dalam kasus Robbie, lulusan Melbourne University dengan gelar MCrim (Forpsych), menyebut sebagai prostitusi kategori dua. Karena, dengan menggunakan logika ekonomi sederhana saja, menjadi PSK kelas atas jauh lebih menguntungkan secara materi dari pada bekerja sebagai artis, model atau pekerja kantoran. Robbie menyebut bahwa para pelacurnya memasang harga paling murah Rp 30 juta hingga Rp 200 juta untuk sebuah persenggamaan short time. (Baca juga: Kasus Obbie Ingatkan pada Sang Hollywood Madam)

“Pekerja kantoran di Jakarta, sebulan tertinggi Rp 20 juta. Itu (prostitusi online kelas atas) hanya dengan beberapa jam saja, bisa dapat Rp 30 juta. Itu kan secara ekonomis sangat menguntungkan. Makanya, saya lebih suka menyebut mereka itu pelacur yang nyambi pekerjaan lain, apakah artis, model atau lainnya,” tukas Reza.

Reza menyebut, selain karakteristik prostitusi online kelas atas, hal lain yang membuat praktik ini sulit diberantas adalah penegak hukum masih fokus pada PSK dan mucikarinya. Mestinya, polisi juga harus menjerat secara hukum para pelanggannya. Apalagi, ada kecenderungan, para pelanggan prostitusi kelas atas adalah pengusaha atau pejabat.

“Kalau pelanggan ini diungkap, publik bisa tahu kelakukan para pejabat-pejabat. Ini tentu akan membuat tekanan secara sosial bagi para pejabat untuk memiliki etika yang benar. Adalah hal yang memalukan jika nama mereka terungkap sebagai pelanggan,” tuturnya.

Reza menambahkan, jika para pelanggan ini diungkap, dia meyakini bahwa permintaan akan prostitusi kelas atas akan menurun. Berdasarkan hukum pasar, jika permintaan menurun, maka persediaan akan menurun pula. Artinya, jaringan bisnis prostitusi online kelas atas akan menurun dengan sendirinya.

Kemungkinan para pejabat atau pengusaha menjadi pelanggan utama prostitusi online kelas atas juga disampaikan oleh Kriminolog dari UI Irvan Olii . Pasalnya dengan melihat harga jasa kencan yang dipatok mucikari antara Rp 30 juta hingga Rp 200 juta, bukan kalangan sembarangan yang bisa membayarnya. (Baca juga: Harga PSK Kelas Atas Asuhan Robbie Paling Murah Rp 30 Juta

Bahkan bisa jadi, kasus prostitusi papan atas yang diungkap Polres Jakarta Selatan pekan lalu ini berawal dari gratifikasi. "Misalnya ada seseorang yang tidak suka dengan bentuk gratifikasi menggunakan perempuan lalu melapor ke polisi," kata Irvan.

Selain dugaan gratifikasi, Irvan juga menduga pejabat yang menggunakan jasa kencan PSK papan atas menyalahgunakan pendapatan. Pendapatan yang seharusnya dilaporkan ke pihak berwenang seperti KPK atau Ditjen Pajak, tidak dilaporkan karebna dipakai membayar jasa kencan prostitusi kelas atas.

Dugaan adanya gratifikasi seks pernah terjadi dalam kasus korupsi impor daging sapi dengan tersangka Ahmad Fathanah. Fathanah diketahui kerap memberi uang model Vitalia Sesha. Selain itu, ia juga memberikan uang untuk artis Ayu Azhari serta pedangdut Tri Kurnia Puspita. Fathanah bahkan saat ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi di sebuah hotel di Jakarta tengah berduan bersama seorang wanita yang masih berstatus mahasiswi. (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER