Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan ada sebanyak 3000 sarjana yang akan dikirimkan oleh kementeriannya untuk mengajar di wilayah 3T Indonesia tahun ini. Wilayah 3T adalah daerah yang dinilai berada di posisi terdepan, terluar dan tertinggal.
Nasir mengatakan, program tersebut diberi nama SM3T atau Sarjana Masuk Wilayah 3T. Sedangkan tujuan program ini adalah untuk memeratakan pendidikan di Indonesia. Apalagi, kata Nasir, pendidikan di wilayah 3T masih jauh tertinggal.
"Setelah sarjana, mereka dididik lagi supaya layak mengajar di daerah 3T, tentunya mereka diajarkan budaya lokal yang ada di tempat-tempat tersebut," kata Nasir saat dijumpai di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan program ini telah berjalan sejak 2011 dan telah terkumpul 10.600 sarjana yang mengikuti program ini.
"Tahun ini yang jadi PNS untuk program ini berjumlah hampir 800 orang," katanya.
Nasir menjelaskan rekrutmen program SM3T diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
"Nantinya kami seleksi. Orang-orang yang tangguh dan bisa berjuanglah yang akan kami kirimkan ke daerah 3T," ujarnya.
Agar menarik minat para sarjana, kementeriannya memastikan akan memberi tiga kali insentif tunjangan.
"Kami usahakan agar program ini dapat terus diperjuangkan," katanya. Nasir pun berharap masyarakat dapat lebih aktif melakukan pengabdian diri di bidang pendidikan.
Di sisi lain, Sosiolog Imam Prasodjo berpendapat pengabdian masyarakat masih kurang mendapatkan apresiasi dari pemerintah.
"Yang paling dianaktirikan pemerintah adalah pengabdian masyarakat itu sendiri," katanya.
Padahal, menurut Imam, pengabdian masyarakat merupakan elemen penting untuk meningkatkan pendidikan di suatu daerah.
Ia mencontohkan pembangunan sekolah-sekolah di daerah 3T yang dilakukan oleh masyarakat serta mahasiswa.
"Saya ingin mahasiswa kita terjun ke masyarakat tetapi kreatif. Mereka harus diajarkan turun ke lapangan, ke tempat terjadi bencana, dan lainnya, bukan hanya belajar di kelas," ujarnya.
(meg)