Kekerasan terhadap Angeline Bentuk Agresi Keluarga Angkat

Megiza | CNN Indonesia
Kamis, 11 Jun 2015 13:54 WIB
Tanggung jawab yang harus dipikul bocah berusia delapan tahun itu dinilai terlalu berat. Pada saat bersamaan, hak anak milik Angeline diabaikan oleh keluarga.
Petugas kepolisian berada di lokasi ditemukannya jenazah Angeline (8) di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, Rabu (10/6). Angeline yang dilaporkan hilang sejak 16 Mei ditemukan tewas dikubur di belakang rumahnya dengan sejumlah luka di tubuh. (Antara/Fikri Yusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ditemukan dalam kondisi tewas berbalut pembungkus kasur dan terkubur di bawah kandang ayam di rumahnya sendiri, membuat kasus kematian Angeline menjadi kisah tragis tersendiri. Tak hanya kematiannya, ternyata kehidupan sehari-hari bocah berusia 8 tahun itu pun memerihkan.

Kesaksian wali kelas dan kepala sekolah Angeline yang bercerita mengenai kondisi gadis kecil berambut panjang itu di sekolah beberapa bulan sebelum kematiannya, mengindikasikan dugaan diabaikannya hak anak atas Angeline oleh orang tua angkatnya, Margriet Megawe.

Beberapa guru kerap menemukan Angeline mengenakan seragam sekolah dengan bau tidak enak yang menyengat dari tubuhnya. Ada pula aduan dari Angeline tentang kondisinya yang mengalami sakit kepala karena lapar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara kesaksian penghuni rumah Angeline menyebut gadis ini diserahi tanggung jawab untuk membersihkan kandang ayam yang dihuni puluhan ekor unggas, serta memberi makan hewan peliharaan anjing dan kucing keluarga angkatnya.

Dengan latar belakang berbagai kesaksian mengenaskan seputar Angeline itu, pakar psikologi klinis yang juga pengamat kegiatan remaja dan anak, Lia Sutisna Latif, mengatakan besarnya tanggung jawab yang diberikan oleh Margriet kepada Angeline sangat mungkin muncul sebagai bentuk dari dorongan rasa stres dan depresi.

"Stres dan depresi biasanya mendorong orang melakukan sebuah agresi. Dan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang itu biasanya merupakan imbas kurang dipenuhinya kecerdasan emosional," kata Lia kepada CNN Indonesia, Kamis (11/6).

Lia menjelaskan, dari fakta ada kematian yang disembunyikan, cerita dari guru, serta pengakuan penghuni rumah, besar kemungkinan Angeline telah mengalami kekerasan dari keluarga angkatnya semasa hidup. (Baca Siti: Sejak Awal Saya Tahu Bocah Angeline Sengaja Dihilangkan)

Ada empat bentuk kekerasan yang sering dilupakan orang selain kekerasan fisik. "Kekerasan itu bisa dalam bentuk verbal, emosi, seksual hingga pengabaian atau neglect. Nah, lima bentuk kekerasan itu biasanya dilakukan oleh orang yang stres dan ingin melaksanakan agresinya," ujar Lia.

Dia pun menambahkan, kurang stabilnya emosi seseorang dapat dipicu karena faktor eksternal ataupun internal. "Faktor eksternal itu, kalau dalam kondisi ibu angkat Margriet, bisa saja dialami karena tidak punya uang, tidak ada suami, atau mungkin karena tidak ada pekerjaan," kata Lia. (Baca Polri: Ibu Angkat Angeline Bisa Jadi Tersangka)

Lia menyebut kurang stabilnya emosi seseorang dapat disebabkan karena ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi negatif dan positif di dalam dirinya. "Emosi positif itu perasaan senang dan bahagia, sedangkan negatif itu seperti perasaan sedih dan marah. Kalau ini juga tidak bisa dipenuhi, ya akan semakin mudah mengalami stres," ujarnya.

Hasil autopsi atas jasad Angeline menunjukkan tanda kekerasan pada bocah perempuan itu, termasuk kekerasaan seksual. Satu tersangka sudah ditetapkan, yakni Agus mantan pembantu di rumah keluarga angkat Angeline. Agus bahkan mengaku pernah memperkosa Angeline. (Baca: Dugaan Paedofil Menguat dalam Pembunuhan Angeline) (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER