Ironi Angeline: Dikubur di Rumah, Dicari Sampai Luar Negeri

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Kamis, 11 Jun 2015 11:01 WIB
Ribuan pamflet disebar, termasuk lewat media sosial. Pencarian Angeline bergaung hingga ke luar negeri. Namun si anak ditemukan tewas di dalam rumahnya sendiri.
Polisi mengevakuasi jenazah Angeline dari kediamannya di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, Rabu (10/6). (Antara/Wira Suryantala)
Jakarta, CNN Indonesia -- Siti Sapurah, Pendamping Hukum Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar, mengemukakan upaya lembaganya meyakinkan polisi selama ini terkait kasus hilangnya Angeline, bocah delapan tahun yang akhirnya ditemukan tewas dan dikubur di halaman belakang rumahnya, Rabu (10/6).

Sejak semula Siti yakin Angeline tak hilang. Kecurigaan Siti bermula dari keheranannya karena keluarga angkat Angeline menyebar pamflet, termasuk lewat media sosial, tentang hilangnya Angeline alih-alih lebih dulu menghubungi polisi. (Baca selengkapnya penjelasan Siti: Sejak Awal Saya Tahu Bocah Angeline Sengaja Dihilangkan)

Siti menyatakan saat Angeline pertama kali dikabarkan hilang, justru polisi yang pertama kali mendatangi rumah keluarga angkat Angeline di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali –lokasi yang juga menjadi penemuan jasad Angeline. (Baca: Misteri Jasad Angeline dan Boneka yang Jadi Saksi Bisu)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Hari itu, Sabtu 16 Mei, pamflet anak hilang di-share di media sosial sekitar jam 15.00. Jam 19.00 saya kontak teman-teman di Buser (Unit Buru Sergap) Polsek. Mereka bilang betul ada hilang, tapi belum masuk laporannya. Akhirnya polisi yang berinisatif mengejar ke tempat kejadian perkara,” kata Siti kepada CNN Indonesia, Kamis (11/6).

Akhirnya, ujar Siti, keluarga angkat Angeline melapor ke Kepolisian atas permintaan polisi, sebab polisi telah menyambangi mereka. “Kakak angkat Angeline, Yvonne, menerima telepon dari segala penjuru karena bilang akan memberi hadiah Rp 40 juta bagi mereka yang menemukan Angeline,” kata Siti.

“Keluarga lapor ke polisi hari Minggu, 17 Mei. Senin kami turun ke tempat kejadian perkara, yakni rumah Angeline, sebagai lembaga negara. Saya tiba jam 10.00 berbarengan dengan aparat penegak hukum, guru kelas, dan kepala sekolah Angeline,” ujar Siti yang menyebut telah menangani puluhan kasus kekerasan pada anak.

Dari berbagai keterangan keluarga, termasuk ibu angkat Angeline dan satpam serta pembantu rumahnya, Siti yakin Angeline tidak hilang. “Keluarganya benar-benar tak memberi kami akses masuk dengan leluasa. Sekadar masuk memang boleh untuk bertemu dan mewawancarai ibu angkat dan satpam Angeline,” kata Siti.

Guru-guru dan kepala sekolah Angeline, menurut Siti, menceritakan betapa Angeline sering mereka mandikan di sekolah karena bau tak sedap menempel di tubuh bocah itu. “Dari keterangan mereka, terungkap ada trauma luar biasa pada diri Angeline. Dia juga tidak pernah makan, stres,” ujarnya.

Melihat berbagai kejanggalan itu, Siti mengatakan masih berupaya bersabar. Ia hendak melihat dulu kerja Kepolisian dalam mencari Angeline. “Tapi lewat dua minggu, tepatnya tanggal 1 Juni, saya menghadap Kapolsek,” kata dia.

Di hadapan Kapolsek, Siti kemudian mengungkapkan kecurigaannya dengan blak-blakan. “Bagaimana perkembangannya? (Angeline) masih dicari? Mau sampai kapan? Anaknya dikubur di dalam rumahnya sendiri, tapi dicari sampai ke luar negeri lewat pamflet yang disebarkan di medsos. Saya yakin dia ada di dalam rumah,” ujar Siti, keras kepala mempertahankan pendapatnya di hadapan polisi.

Saat itu, kata Siti, polisi tak langsung menyisir rumah Angeline meski telah ia yakinkan. “Saya minta tolong sisir tempat kejadian perkara. Setiap jengkal dan semua ruangan di rumah itu tidak boleh sampai tak disisir,” ujarnya.

Tak berhenti di situ, Siti menghubungi langsung Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise, memintanya datang langsung ke rumah Angeline ke Denpasar dengan harapan keluarga angkat Angeline mau membukakan pintu untuk sang menteri –yang ternyata tidak karena saat itu ibu angkat Angeline, Margriet Megawe, disebut sedang tak berada di rumah.

“Saya butuh dukungan. Saya sampai nangis minta Bu Yohana datang. Saya yakin anak itu sudah dibunuh di dalam rumah,” kata Siti.

Yohana mungkin tak bisa bertemu keluarga angkat Angeline, namun polisi akhirnya menyisir rumah Angeline dan menemukan jasad anak itu terkubur di halaman belakang rumah. Kekhawatiran Siti menjadi kenyataan.

“Saya bilang ke polisi, ‘Benar kan apa yang saya katakan. Bapak mencari ke mana-mana, padahal anak ini tewas di rumahnya sendiri’,” ujar Siti mengulangi pernyatannya ke polisi. (Baca juga: Bocah Angeline Disiksa, Ada Sundutan Rokok di Tubuh)

Tragisnya, hasil autopsi atas jasad Angeline menunjukkan tanda kekerasan pada bocah perempuan itu, termasuk kekerasaan seksual. Satu tersangka sudah ditetapkan, Agus mantan pembantu di rumah keluarga angkat Angeline. Agus bahkan mengaku pernah memperkosa Angeline. (Baca: Angeline Pendarahan di Otak, Satu Orang Jadi Tersangka)

Siti mengatakan, kasus kekerasan pada anak tak hanya menimpa Angeline. Ada banyak anak yang mengalaminya. Pengalaman Siti menangani anak-anak korban kekerasan itulah yang membuatnya yakin sejak awal bahwa Angeline tidak hilang.

Saat ini Kepolisian masih terus menyelidiki kasus pembunuhan Angeline. Polisi membidik tersangka lain dalam kasus ini. Para tersangka bisa diancam dengan hukuman mati. (Simak selengkapnya di Fokus: Siapa Bunuh Angeline?) (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER