Jakarta, CNN Indonesia -- Hingga akhir tahun lalu kerugian akibat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara mencapai angka Rp 1,49 triliun. Jumlah ini terus meningkat karena erupsi hingga saat ini belum juga berhenti. Tercatat masih ada 2.785 orang pengungsi.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, erupsi terakhir Sinabung terjadi Sabtu malam lalu. Sinabung enam kali mengelauarkan material vulkanik sejauh 3 km ke arah tenggara.
"Tidak ada yang tahu sampai kapan erupsi Gunung Sinabung berakhir," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya. Dampak erupsi menurutnya masih juga sulit dihitung karena erupsi saat ini masih berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerugian Rp 1,49 triliun yang diderita hingga akhir tahun lalu adalah estimasi sejak erupsi terjadi pada 15 September 2013 lalu. (Baca juga:
Dana Rekonstruksi Sinabung Capai Rp 1,3 T)
Kerugian dan kerusakan ini meliputi sektor ekonomi produktif seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, pariwisata, perikanan, usaha kecil menengah, dan industri. Kerugian dari sektor ekonomi produktif ini diperkirakan lebih dari Rp 896,64 milyar.
"Sedangkan kerugian dan kerusakan di sektor permukiman Rp 501 milyar," kata Sutopo. Ditambah lagi kerugian dari rusaknya infrastruktur Rp 23,65 milyar, kerugian sosial Rp Rp 53,43 milyar, dan lintas sektor Rp 18,03 milyar.
Kerusakan dan kerugian ini menurutnya belum termasuk dampak akibat lahar hujan. Ada lebih dari 3 juta meter kubik material erupsi yang ada di atas gunung yang dapat meluncur menjadi lahar hujan. (Baca juga:
Pembangunan Rumah Pengungsi Terkendala Dana)
Rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana erupsi Sinabung, khususnya terkait relokasi 2.053 kepala keluarga telah disusun BNPB. "Percepatan pembangunan juga sedang disiapkan," ujar Sutopo. Namun keterbatasan lahan yang ada menjadi kendala tersendiri.
Saat ini adalah 2.053 kepala keluarga yang terdiri dari 6.179 jiwa yang masih tinggal di hunian sementara. Mereka disewakan rumah dan lahan pertanian oleh pemerintah sejak Juni 2014 hingga sekarang. Mereka berasal dari Desa Sukameriah, Bekerah, Simacem, Kuta Tonggal, Berastepu, Gamber, dan Kuta Tonggal. "Nantinya 2.053 KK ini akan direlokasi ke tempat yang lebih aman," kata Sutopo.
Gunung Sinabung terus bergejolak setelah "tidur" selama ratusan tahun. Tahun 2010 lalu adalah awal rangkaian letuasan Sinabung. Bahkan sejak meletus pada September 2013 lalu, gunung api setinggi 2.460 meter ini statusnya tak pernah tenang.
Fenomena Sinabung mirip dengan Gunung Unzen di Jepang yang terus erupsi selama lima tahun setelah tidak erupsi selama 200 tahun.
(sur)