Keluarga Korban Sipil Hercules Protes Belum Bisa Bawa Jasad

Rosmiyati Dewi Kandi | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jul 2015 15:32 WIB
Ada beberapa keluarga yakin dari ciri-ciri yang mereka lihat, itu adalah keluarga mereka yang jadi korban. Sayang, masih belum bisa dibawa pulang.
Dua orang anggota keluarga korban pesawat hercules yang jatuh menyerahkan data antemortem kepada petugas di Posko DVI RSUP Adam Malik. (CNNIndonesia/Rosmiyati Dewi Kandi)
Medan, CNN Indonesia -- Korban jatuhnya pesawat Hercules bernomor A-1310 di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara, masih belum seluruhnya teridentifikasi. Jenazah yang belum berhasil diidentifikasi kebanyakan merupakan kalangan sipil yang menumpang Hercules untuk kembali ke kampung halaman dan ingin menemui keluarganya.

Seperti yang dialami Akto Darmizon (37), seorang warga asal Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, yang menumpang Hercules dari Pekanbaru menuju Natuna. Istri Akto, Saulia (32), saat ini masih berada di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik karena belum bisa membawa pulang jasad suaminya sejak dia datang 1 Juli lalu.

“Semalam saya sudah lihat kondisi suami saya jam 2 dini hari. Dari ciri-ciri yang saya lihat, itu memang suami saya. Tetapi hasil visum berbeda, saya masih menunggu,” kata Saulia ketika ditemui di RSUP Adam Malik, Jumat (3/7). (Baca juga: Ada 15 Meja Autopsi, Identifikasi Korban Hercules Lebih Cepat)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akto bertolak ke Pekanbaru pada 20 Juni lalu untuk mengurus rencana melanjutkan studi S1 di Universitas Hang Tuah Pekanbaru. Seharusnya Akto akan memulai kuliah September mendatang mengambil jurusan kesehatan masyarakat. “Kalau bisa hari ini sudah ada kepastian untuk bisa dibawa pulang. Jangan lama-lama,” ujar Saulia.

Tak hanya Saulia, warga asal Natuna lainnya Quraish Thabrani menghendaki hal yang sama. Thabrani datang ke RSUP Adam Malik untuk memberikan data ante mortem dan menjalani tes DNA bagi putrinya bernama Quraish Sri Ramadhania (20). Sama seperti Akto, Sri Ramadhania menumpang pesawat Hercules dari Pekanbaru yang melintas di Medan untuk menuju ke Natuna. (Baca juga: Moeldoko Kirim Dua Tim Investigasi Jatuhnya Hercules)

“Hari ini kami mau mencoba sekali lagi untuk menanyakan kepastian bisa membawa anak kami pulang, kami enggak mungkin menunggu lagi. Cuma kami heran kenapa saat masih hari pertama jatuh tidak langsung diambil tindakan? Karena kondisi jasad saat itu masih normal, kalau sekarang pasti sudah bengkak, makin sulit dikenali,” ujar Thabrani.

Pada Kamis kemarin, Quraish Sri Fajriah yang merupakan putri sulung Thabrani sudah melihat kondisi Sri Ramadhania. Dari properti yang dikenakan, Thabrani dan Sri Fajriah belum bisa memastikan apakah itu anak dan adik mereka atau bukan.

“Kalau dari baju yang dipakai, benar itu baju anak saya. Tapi kok dia pakai ikat pinggang? Saya heran karena dia enggak pernah pakai ikat pinggang biasanya. Maka itu semalam air liur saya sudah diambil untuk dicek DNA,” tutur Thabrani. (Baca juga: Bokek, Jenderal Moeldoko Pernah Ajak Keluarga Naik Hercules)

Kepada wartawan, Thabrani menyebut, putri bungsunya itu membayar sejumlah uang untuk bisa ikut dalam penerbangan yang berakhir jatuh di tempat spa dan pemandian rempah itu. Namun Thabrani enggan mengungkapkan berapa jumlah uang yang dibayar anaknya untuk terbang menumpang Hercules.

“Enggak bisa kita enggak bayar kalau naik Hercules. Tapi mana ada bukti. Anak saya naik itu karena yang komersial sudah habis. Kalau pun ada harganya sudah lebih dua kali lipat dari harga hari biasa,” kata Thabrani.

Menanggapi keluhan keluarga korban, Wakil Ketua Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumatera Utara Komisaris Besar Didiet mengatakan, identifkasi memang lebih dulu dilakukan terhadap jenazah yang paling mudah. Dilihat dari kelengkapan properti, kelengkapan anggota tubuh, maupun kondisi jenazah. (Baca juga: Pesawat Jatuh di Medan: Kecelakaan Besar Hercules yang Ketiga)

“Kita harus berpikir bahwa identifikasi itu dilakukan terhadap yang mudah dulu, yang gampang dikenali. Misal yang ada tangannya dulu karena kami butuh sidik jari,” kata Didiet.

Didiet membantah bahwa Tim DVI sengaja mendahulukan identifikasi terhadap korban tewas dari kalangan TNI dan menomorduakan korban kalangan sipil. “Kami tidak bekerja berdasarkan sipil atau militer, tetapi mana yang paling mudah dikenali. Ada tim yang tahu soal itu,” katanya.

BACA FOKUS: Hercules Jatuh di Medan (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER