Alokasi Alutsista Hanya 30 Persen dari Anggaran Pertahanan

Abraham Utama | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jul 2015 18:31 WIB
Komisi I DPR Tantowi Yahya mengatakan rendahnya alokasi dana memaksa TNI membeli alutsista bekas atau menanti hibah negara lain.
Pengunjung mall mengamati alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dipamerkan di halaman Jogja City Mall (JCM), Yogyakarta, Sabtu (21/2). (AntaraFoto/ Noveradika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya mengatakan selama ini alokasi anggaran untuk pembelian dan perawatan alat tempur utama TNI hanyalah 30 persen dari total anggaran pertahanan nasional. Rendahnya alokasi dana tersebut, menurutnya, memaksa TNI membeli alutsista bekas ataupun menanti hibah dari negara lain.

"Pilihannya adalah membeli barang bekas. Jalan pintas itu ternyata memperbanyak anumerta," ujar Tantowi di pada diskusi bertajuk Situasi dan Kondisi Alutsista TNI di Jakarta, Jumat (3/7).

Tantowi menjelaskan anggaran pertahanan setiap tahun dibagi ke lima unit, yaitu Kementerian Pertahanan, Markas Besar TNI, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait perawatan alutsista, DPR selama ini mempercayai kinerja yang dilakukan TNI. Berbeda dengan regulasi penerbangan sipil yang menggunakan hasil audit institusi independen untuk menilai kelayakan terbang pesawat dari sebuah maskapai, Tantowi berkata hal berbeda berlaku di penerbangan militer.

Mengenai tidak bisanya mengaudit anggaran perawatan TNI, Tantowi mengatakan pihaknya sepakat untuk menuntut keterbukaan perawatan TNI dari pemerintah.

Lebih jauh, legislator dari Fraksi Partai Golkar ini menjelaskan DPR sebenarnya bisa menahan pemerintah untuk berhenti membeli alutsista bekas. Namun ia berkata kebutuhan pertahanan nasional tidak hanya dilihat dari segi kualitas alat tempur tapi juga kuantitas.

Tantowi mengatakan keterbatasan dana pengadaan alutsista baru sebenarnya dapat diakali dengan membeli alutsista dari industri dalam negeri.

Tantowi tak memungkiri belum kokohnya industri alat pertahanan lokal masih membuat TNI bergantung pada alutsista luar negeri, baik yang didapatkan dengan skema kredit ekspor maupun hibah.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan saat ini institusinya memiliki 22 unit pesawat Hercules. Dari total tersebut, pesawat yang paling baru dibuat pada 1980.

"Kami punya semuanya 22 ya. Tadi angkatan 1960-an ada enam, angkatan 1980-an itu ada delapan. Sisanya angkatan 1978," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (2/7).

Pesawat yang dibuat pada 1980 itulah, ucap Moeldoko, yang merupakan buatan terbaru yang dimiliki Indonesia saat ini. Sementara, yang tertua dibuat tahun 1960, salah satunya adalah Hercules C-130 yang dioperatori oleh TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A 1301 yang jatuh kawasan Jalan Letjen Jamin Ginting, Padang Bulan, Kota Medan, Sumatera Utara.

"Jadi Hercules A 1301 yang kemarin itu kondisinya tahun 1960, hanya dipakai oleh Indonesia tahun 1964," kata dia. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER