Kekeringan dan Kebakaran Lahan Mengancam Indonesia

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Kamis, 09 Jul 2015 23:59 WIB
Krisis air sudah terjadi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Datangnya musim kemarau akan memperparah situasi ini.
Kondisi lahan persawahan tanaman jagung yang dilanda kekeringan di kawasan Pamenang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (5/9). Puluhan hektare lahan pertanian di kawasan tersebut kesulitan air karena saluran irigasi mengering akibat musim kemarau. Akibat hal tersebut dipastikan petani gagal tanam. ANTARA FOTO/Rudi Mulya
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah agar mewaspadai terjadinya kekeringan dan kebakaran lahan dalam waktu dekat.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan kedua risiko tersebut merupakan dampak dari musim kemarau yang akan dihadapi Indonesia dalam waktu dekat. BNPB mencatat kekeringan merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahunnya.

"Krisis air sebenarnya sudah terjadi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Apalagi, di musim kemarau, persediaan air tidak akan mencukupi kebutuhan untuk pertanian, minum, perkotaan, dan sanitasi," kata Sutopo saat ditemui di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (9/7). (Baca: BMKG: El Nino Sampai November Berpotensi Rusak Panen Padi)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan datangnya musim kemarau akan memperparah situasi ini. Kekeringan di tahun mendatang pun dinilai akan semakin parah karena terjadinya degradasi hutan di berbagai daerah.

"Kalau sudah begitu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hanya dapat membantu sebatas pemberian air dengan tangki-tangki," katanya.

Di sisi lain, ancaman kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera dan Kalimantan dinilai juga akan semakin meningkat. Musim kemarau diperkirakan akan berakhir pada Oktober hingga November 2015 mendatang.

Berdasarkan pantauan satelit di Sumatera pada 3 Juli 2015 lalu, terdapat 203 hotspot, yaitu di Sumatera Selatan (71), Jambi (37), Sumatera Barat (24), Riau (23), Sumatera Utara (23), Sumatera Selatan (9), Lampung (14), Bangka Belitung (4), Aceh (3), Bengkulu (3), dan Kepulauan Riau (1).

Sutopo melanjutkan dampak kebakaran hutan dan lahan sudah dirasakan masyarakat. Pada 4 Juli lalu, dilaporkan Dumai tertutup asap dengan jarak pandang satu kilometer. Kualitas udara yang terpantau dari indeks standar pencemaran udara (ISPU) juga menurun. “Di Pekanbaru, Rumbai, Minas, Duri, Dumai, dan Petapahan ISPU-nya tergolong sedang," kata Sutopo.

Ia manambahkan upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan juga telah dilakukan. "Di Riau, BPPT, BNPB dan TNI AU terus melakukan operasi hujan buatan sejak 22 Juni lalu. Total sudah sembilan kali penerbangan dengan pesawat CN 295 TNI untuk menaburkan 18,8 ton garam bahan semai ke dalam awan," katanya.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER