Hujan Abu dan Pasir Gunung Raung Guyur Banyuwangi

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Jumat, 10 Jul 2015 19:02 WIB
Peristiwa alam tersebut terjadi sebagai dampak dari meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Raung.
Asap solfatara menyembur dari Gunung Raung terlihat dari Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (4/7). (AntaraFoto/ Budi Candra Yoga)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan pasir halus berwarna hitam mulai mengguyur Banyuwangi, Jawa Timur, sejak pukul 10.00 WIB, Jumat (10/7) ini. Peristiwa alam tersebut terjadi sebagai dampak dari meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Raung yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso dan Jember.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, hujan pasir telah sampai di pos pengamatan gunung api yang ada di Banyuwangi. Selain itu, terjadi juga hujan abu tipis di beberapa wilayah Banyuwangi, diantaranya Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro, dan Kecamatan Licin.

"Hujan pasir hitam di pos pengamatan sejak pukul 10.00 WIB. Aktivitas vulkanik Gunung Raung masih tinggi sampai sekarang. Terpantau ada asap putih-kelabu, tekanan lemah-sedang, dan erupsi berupa letusan abu serta lontaran material pijar yang disertai suara gemuruh," ujar Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (10/7).(Lihat Juga: BNPB: Gunung Raung Pernah Dua Kali Meletus Besar di Masa Lalu)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asap yang tinggi dan abu vulkanik dari Gunung Raung bergerak ke arah tenggara dari lokasi Gunung tersebut berada. Menurut Sutopo, magma cair di bawah kawah Gunung Raung terpantau masih beraktivitas kuat hingga saat ini. Status Siaga pun masih diberlakukan oleh BNPB di kawasan Gunung Raung.

"Dalam radius 3 kilometer telah dinyatakan sebagai zona terlarang karena berbahaya bagi masyarakat terkena lava pijar," kata Sutopo. (Lihat Juga: Pemerintah Tutup 5 Bandara Akibat Debu Vulkanik Gunung Raung)

Berdasarkan data BNPB, aktivitas vulkanik di Gunung Raung mulai tampak sejak 1902 di mana terdapat kerucut di dasar kawah pada 16 Februari. Lalu, tahun-tahun berikutnya, aktivitas fisik meningkat seperti diantaranya, gemuruh dan gumpalan asap. Aktifitas tersebut terus konstan terjadi pada 1936, 1937, 1938, 1939 dan diikuti dengan letusan abu mulai 1940an.

Pada 1944, aliran lava di dasar kawah keluar sejak Januari hingga November. Lalu, pada 1953 terjadi letusan pertama kali setinggi 6 kilometer pada Januari hingga Maret dengan abu menyebar dengan radius sampai 200 km. (Baca Juga: Sebaran Erupsi Gunung Raung Hingga ke Selatan Perairan Bali)

Letusan kedua kembali terjadi pada 1956 dengan ketinggian mencapai 12 kilometer pada 19 Februari disertai dengan dentuman selama empat jam. Abu menyebar sampai Bali dan Surabaya. Setelah itu, aktivitas fisik di Gunung Raung terus meningkat.

Tipe letusan Gunung Raung termasuk ke dalam jenis strombolian. Gunung yang termasuk jenis strombolian dikenal memiliki letusan yang mengeluarkan lava cair tipis, tekanan gas sedang, dan disertai material-material padat.

"Umumnya letusan dari gunung strombolian tidak terlalu kuat, namun bersifat terus menerus dan berlangsung lama. Tidak dapat diprediksi kapan erupsi berakhir," ujar Sutopo. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER