Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan pemerintah telah berusaha untuk bisa mengantisipasi peluang bentrok antarumat beragama, termasuk di Papua.
Tedjo mengatakan jauh hari sebelum perayaan Hari Raya Idul Fitri, pihaknya telah melakukan koordinasi keamanan perayaan Hari Lebaran bersama TNI dan Polri.
"Tanggal 23 saya jadi pembicara sidang dewan gereja di Palu. saya jelaskan di situ sekalian soal toleransi umat beragama. 24 saya ke Papua, di sana saya kumpulkan tokoh2 agama, tokoh adat," kata Tedjo saat ditemui di Jakarta, Senin (20/7).
(Baca juga: Rhoma Irama akan Bantu Pembangunan Masjid di Tolikara)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedjo mengatakan pada pertemuan tersebut sudah ada kesepakatan pengamanan bersama TNI dan Polri untuk Papua. "Mereka ikut mengamankan dan salat juga di situ, makanya ketika ada itu kan langsung dilerai," katanya.
Kendati ada peristiwa penembakan dari aparat keamanan pada insiden tersebut, Tedjo mengatakan hal ini sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Meski demikian, Tedjo mengaku terkejut dengan insiden ini, karena menurutnya peristiwa bentrok antarumat beragama baru kali pertama terjadi di Papua.
Sebelumnya, telah terjadi insiden di Tolikara, Papua yang bertepatan pada Idul Fitri, ketika jemaah umat islam hendak melaksanakan salat diserang. Penyerang kemudian membakar sejumlah bangunan rumah dan kios yang ada di wilayah itu, termasuk mushalla.
(Baca seruan Rhoma Irama: Umat Islam-Kristen, Jangan Terprovokasi Tolikara)Untuk mengamankan situasi, polisi kemudian menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Tiga orang tersebut kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Jayapura.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Suharsono menyebutkan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) memang mengedarkan surat edaran yang melarang umat muslim di Kabupaten Tolikara untuk melakukan aktivitas keagamaan.
"Ada edaran pemberitahuan soal menolak kegiatan salat Id," kata Suharsono.
Sejauh ini, Polda Papua telah memeriksa 15 saksi yang terdiri atas sembilan orang jemaah salat dan enam anggota polisi yang bertugas saat kejadian. Selain itu, lima saksi lain juga diperiksa untuk mendalami terjadinya tembakan dalam insiden pembubaran paksa jemaat salat Id tersebut.
(sip)