Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin memperkirakan ada pihak ketiga dalam kerusuhan di Tolikara, Papua, pada Jumat (17/7) lalu. Din menyatakan adanya insiden Tolikara merupakan tantangan bersama dalam pembangunan toleransi di Indonesia.
"Saya pribadi menengarai dengan penerawangan ada pihak ketiga yang bermain dalam insiden Tolikara, tujuan mereka tidak ingin bangsa Indonesia damai dan ingin merusak, tidak ingin umat beragama bersatu," kata Din dalam sebuah acara silaturahmi Idul Fitri di Hotel Grand Sahid, Jakarta (26/7). (Baca:
Ormas Agama Bertemu Bahas Solusi Potensi Konflik di Indonesia)
Bekas Ketua Umum PP Muhammadiyah itu juga mengapresiasi kinerja kepolisian yang telah menetapkan dua tersangka dari insiden tersebut. Menurutnya, jangan sampai insiden di Tolikara terjadi lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami dari ormas keagamaan tidak ingin insiden kembali terulang dan juga kami apresiasi kepada kepolisian yang bergerak cepat dan tepat," kata Din. (Baca:
Kapolri: Tersangka Tolikara Ditangani Polda Papua)
Din mengatakan untuk proses hukum tersangka diserahkan kepada penegak hukum. Menurut Din, insiden Tolikara menunjukan masih adanya kelompok intoleran di Indonesia. Ke depannya, dia menginginkan adanya dialog antaragama untuk mencegah radikalisme dan kekerasan atas nama agama.
Diberitakan sebelumnya, terjadi serangan terhadap jemaah yang hendak melaksanakan salat Idul Fitri, Jumat (17/7). Penyerangan membuat jemaah salat Id bubar. Penyerang lantas membakar beberapa bangunan hingga api merembet membakar musala.
Dalam upaya pengamanan, petugas menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. puluhan saksi telah diperiksa terkait kebakaran dan penembakan.
Pernyataan Din tersebut selaras dengan yang disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Slamet Effendi Yusuf. (Baca:
PBNU: Kasus Tolikara untuk Adu Domba dan Rusak NKRI)
Slamet mengatakan kasus Tolikara yang kemudian berbuntut pada peristiwa pembakaran pintu gereja di Bantul, DIY, dan Purworejo, Jateng, sengaja dilakukan oleh pihak tertentu atau pihak ketiga untuk mengadu domba umat Islam dan Kristen.
(obs)