Jakarta, CNN Indonesia -- Aden Tarsiman, lelaki berusia 50 tahun asal Sumedang dengan kumis tebal melintang, berupaya melempar ingatannya kuat-kuat tiga bulan ke belakang. Kala itu, ia bersama Danuri warga Desa Sukakersa, Kecamatan Jatigede, Suharyana warga Desa Tarunajaya, dan Yayan Taryana dari Desa Jatibungur, berjalan kaki sejauh 350 kilometer ke ibu kota. Tujuannya: Bertemu Presiden Joko Widodo.
Pada Mei 2015 itu, besar harapan Aden, agar Jokowi -sebutan populer presiden- bisa berkunjung ke desanya: Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat. Jika Bendungan Jatigede nanti sudah resmi direndam, Desa Cipaku adalah satu dari enam desa yang akan benar-benar hilang tenggelam. Dalam proyek pembangunan Jatigede, nantinya bukan hanya Cipaku yang akan hilang dari peta, ada Desa Desa Wado, Padajaya, Leuwihideung, Cibogo, dan Jatibungur, dari total 28 desa yang terkena dampak.
“Proyek itu terbengkalai berpuluh tahun, karut marut tak keruan,” kata Aden saat bertemu CNN Indonesia di desanya medio Bulan Ramadan Silam.
(Baca juga: Siloka Jatigede dan Cerita Soal Bahaya Gempa)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aden merupakan satu dari ribuan saksi hidup proyek pembangunan bendungan Jatigede. Sejak awal kusutnya proyek pembebasan lahan pada awal 1980-an, hingga hari ini. “Sampai sekarang belum juga beres, banyak lahan yang belum diganti,” kata Aden.
Itu mengapa kemudian merasa pantas untuk bertemu Jokowi. Ia ingin presiden melihat dan merasakan langsung denyut para warga yang kehidupannya terombang-ambing lantaran proyek Jatigede.
“Pak Jokowi, kami ingin bapak datang dan lihat sendiri kondisi disini. Jangan hanya percaya apa kata menteri atau gubernur, lihat kondisinya, tolong,” kata Aden. “Pak Jokowi serius akan menutup pintu air Jatigede 1 Agustus? Tidak mungkin, Pak Jokowi jangan hanya percaya yang dikatakan Aher (Ahmad Heryawan-Gubernur Jawa Barat), atau menterinya, tapi kami mohon datang langsung ke Jatigede, lihat langsung.”
(Fokus: Kisah Tiga Orde Waduk Jatigede)  Warga Desa Cipaku tengah membakar cemilan khas yaitu opak. Kegiatan itu biasa dilakukan oleh ibu-ibu setempat sore hari sambil menunggu waktu berbuka puasa. (CNN Indonesia/Hafizd Mukti Ahmad) |
Memang sebelumnya, 1 Agustus merupakan tengat waktu yang ditetapkan Jokowi bagi pengampu proyek untuk mulai mengisi waduk dengan air yang mengalir dari Sungai Cimanuk. Namun rupanya itu bakal terhalang dan isyarat dari pemerintah perendaman kemungkinan bakal ditunda. Lantaran apa? Faktor terbesar adalah pembebasan lahan.
Data yang diterima CNN Indonesia hingga Juli 2015 menunjukkan sedikitnya 10.924 KK masih dalam proses penggantian yang memakan nominal uang penggantian sebesar Rp 740 miliar. Hal itu belum dengan 12 ribu komplain terkait masalah pertanahan dan juga lahan pengganti. Itu semua diluar masalah yang belakangan ramai diperbincangkan. yakni kemunculan rumah-rumah ‘hantu’ tak berpenghuni yang juga tercatat akan menerima ganti rugi.
“Sepanjang saya hidup di sini, orang-orang memanfaatkan kebodohan orang desa. Kami ingin pemerintah perhatikan nasib rakyatnya,” ungkap Aden sambil menggosokan batu akik peninggalan ayahnya di ruang tamu bambu rumahnya, di atas sebuah sofa bututnya.
(Baca juga: Penggenangan Waduk Jatigede Terancam Tertunda Lagi) Kepala Bagian Umum Satuan Kerja Waduk Jatigede Nindyo Purnomo memastikan jika secara fisik Jatigede sudah siap sebagai bentuk monumental sebuah waduk yang akan mengairi 90.000 hektare pesawahan di wilayah Cirebon, Indramayu dan Majalengka termasuk memberi sumbangan pembangkit listrik sebesar 110 megawatt dengan dua turbin penggerak. Ditemui di kantornya di lokasi waduk Nindyo membenarkan jika 0,25 persen sisa pengerjaan waduk hanyalah berupa peresmian alias penutupan pintu waduk, yang jika benar-benar terjadi akan dilakukan Jokowi 1 Agustus 2015.
“Intinya, kami diinstruksikan 1 Agustus itu sudah tidak ada lagi proyek. 1 Agustus semua kegiatan di Jatigede selesai dan berakhir,” katanya.
Meski ia mengetahui begitu banyak persoalan terkait rencanan penggenangan Jatigede, Namun permasalahan sosial ia sadari bukan ranah pekerjaannya untuk ia tanggulangi, karena ia bertanggung jawab untuk pengerjaan secara fisik Waduk Jatigede.
“Banyak masalah seperti banyak yang ingin pindah tapi masih di desanya sendiri, ada yang meminta untuk disediakan lahan relokasi. Situs-situs peninggalan zaman dahuku pun ada yang meminta direlokasi tapi ada juga yang rela tidak apa-apa dibiarkan tenggelam. Masih ada masalah sebenarnya.”
(Baca juga: Warga Bertahan di Desa yang Bakal Tenggelam oleh Jatigede) Wakil Bupati Sumedang Eka Setiawan menegaskan pihaknya akan sekuat tenaga memastikan pengenanagan Jatigede berjalan sesuai rencana, 1 Agustus 2015. Meskipun ia menyadari banyak permasalahan yang belum selesai.
Proyek itu terbengkalai berpuluh tahun, karut marut tak keruanAden Tarsiman warga Desa Cipaku, Sumedang. (CNN Indonesia/Hafizd Mukti Ahmad) |
“Kami sempat mengikuti rapat terbatas dengan gubernurm wapres dan pak presiden juga beberapa menteri untuk program Jatigede ini agar digenangi awal Agustus, tentu kami sekuat tenaga akan merealisasikan program itu. Meskipun kami sadari banyak masalah yang tidak mudah di lapangan.”
Kembali ke permintaan Aden. Rupanya tak salah jika para pejabat melawat ke beberapa desa yang terdampak. Sebab puluhan tahun sudah warga di sekitar proyek Jatigede menanti kepastian.
(Ikuti pemaparan infografis: Berhambur Uang di Jatigede)“Presiden sudah mendengarkan menteri, gubernur dan bupati, saatnya presiden mendengarkan dan langsung mendatangi rakyatnya,” kata Aden lantang dengan kumisnya yang melintang.
(sip)