Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Reserse Kriminal Polri (Bareskrim), hari ini, Rabu (5/8) mengevakuasi 45 orang warga negara Myanmar yang diduga menjadi korban perdagangan orang di Kulara, Ambon, Maluku ke Jakarta.
Kepala Satuan Tugas Tindak Pidana Perdagangan Orang Ajun Komisaris Besar Arie Darmanto mengatakan, modus yang digunakan dalam kasus ini hampir serupa dengan yang digunakan di Benjina.
"Identitasnya dipalsukan menjadi warga Thailand, sebenarnya warga Myanmar," kata Arie di Markas Besar Polri, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kemiripan dengan kasus Benjina adalah para warga Myanmar ini bekerja sebagai anak buah kapal beridentitas Seaman's book.
Meski sudah mengevakuasi korban, Arie enggan berspekulasi soal tersangka. Dia hanya bisa menduga kasus ini terkait juga dengan kasus yang ada di Benjina. Tanpa merinci jumlahnya, Arie menduga, di Ambon masih ada anak buah kapal lain yang menjadi korban kejahatan ini.
"Perusahaannya masih kami dalami. Informasi yang ada masih simpang siur," ujarnya.
Kini para anak buah kapal sudah berada di Markas Besar Polri. Mereka tiba sekira 16.00 WIB menggunakan bus. Seorang korban berusia 23 tahun, Sal Weu, mengaku pergi ke Indonesia untuk mencari kerja sejak empat tahun yang lalu.
Sal yang mengaku belajar Bahasa Indonesia dari rekan-rekannya di Ambon mengatakan dirinya dijanjikan gaji sebesar 7.500 Baht oleh seorang bos yang berwargakenegaraan Thailand.
"Katanya tunggu dulu (soal gaji). Digaji belum, tapi kalau mau beli apa saja dikasih," ujarnya.
Perkara para anak buah kapal yang dipekerjakan oleh PT Pusaka Benjina Resources termasuk ke dalam tindak eksploitasi. Eksploitasi yang dimaksud adalah memanfaatkan tenaga secara berlebihan atau praktek yang menyerupai perbudakan.
Dugaan perbudakan terhadap anak buah kapal oleh PT Pusaka Benjina Resource muncul dari hasil liputan investigasi kantor berita Associated Press berjudul 'Was Your Seafood Caught by Slaves?' yang dirilis akhir Maret lalu.
Dalam laporan jurnalistik itu AP menulis sebagian besar ABK yang diperbudak oleh PT PBR berasal dari Myanmar. Kepolisian menduga, perdagangan manusia yang terjadi di Benjina tidak hanya melibatkan PT PBR tapi juga perusahaan penyalur. Perusahaan itulah yang diduga mencari calon ABK, sebelum membawa mereka ke Thailand.
Dari negeri gajah putih, perusahaan penyalur itu lalu membawa calon ABK ke Benjina. Arie berkata, setibanya di Benjina, para calon ABK itu diserahterimakan dan dimasukkan ke dalam sel tahanan.
(rdk)