Jakarta, CNN Indonesia -- Kotak hitam pesawat Trigana Air IL257 yang jatuh di Pegunungan Bintang, Minggu (16/8) lalu, diserahkan Badan SAR Nasional ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Kepala Basarnas Frans Henry Bambang Soelistyo menyerahkan langsung kotak hitam itu kepada Ketua KNKT Tatang Kurniadi.
Penyidik KNKT Norbert Realino mengatakan, baru satu bagian kotak hitam yang diserahkan Basarnas yakni rekaman suara kokpit atau
Cockpit Voice Recorder (CVR). (Baca juga:
Gotong Jenazah Korban Trigana, Tim Berjalan Kaki 4,5 Jam)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Flight Data Recorder (FDR) belum ditemukan," ujarnya kepada CNN Indonesia, Rabu (19/8). FDR merupakan bagian kotak hitam pesawat yang mencatat data penerbangan sebuah pesawat.
Untuk CVR yang sudah diterima, KNKT akan langsung menganalisanya di laboratorium di Jakarta.
SIMAK FOKUS:
Evakuasi Korban Trigana AirNorbert menjelaskan, proses analisis data VCR itu membutuhkan waktu sekitar satu sampai enam bulan, tergantung dari kondisi saat ditemukan.
Lebih lanjut, Norbert menyatakan, saat ini KNKT telah memiliki alat yang mampu membuka isi
black box. Namun, tidak menutup kemungkinan melibatkan ahli dari luar KNKT bila proses analisis data black box menemui kesulitan.
"Semua
black box sama saja. Perbedaannya hanya pada model. Secara fungsi untuk merekam kondisi, kemiringan, dan obrolan di pesawat," ujarnya. (Baca juga:
Uang 6,5 Miliar dalam Kabin Trigana Ditemukan Hangus)
Sebelumnya, pesawat ATR 42 milik Trigana Air IL 257 jatuh di Pegunungan Bintang saat terbang dari Sentani menuju Oksibil, Minggu (16/8). Pesawat tersebut membawa 54 penumpang dan awak pesawat. Jasad seluruh penumpang dan awak pesawat kini sudah ditemukan.
Saat ini tim gabungan fokus pada upaya evakuasi jenazah korban dari lokasi jatuhnya pesawat ke RS Bhayangkara Jayapura.
(sur)