Polri Belum Minta Bantuan TNI Kejar Teroris Poso

Aulia Bintang | CNN Indonesia
Jumat, 21 Agu 2015 14:45 WIB
Polri memberangkatkan 140 personel Brimob untuk melakukan penyerangan jaringan teroris Santoso yang telah tersudut di pegunungan di Sulawesi Tengah.
Personel Brimbob mengusung peti jenazah Iptu Bryan Theophani Tatontos pada saat upacara pelepasan di Mapolda Sulawesi Tengah di Palu, Jumat (21/8). Kasubden Gegana Poso itu tewas tertembak kelompok terduga teroris saat memimpin evakuasi mayat seorang teroris di Pegunungan Auma, Desa Kilo, Poso Pesisir Utara, Poso pada Rabu (19/8). Jenazah Bryan dipulangkan ke kampung halamannya di Manado untuk dimakamkan. (Antara Foto/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengejaran tim Brigade Mobil (Brimob) dan Densus 88 terhadap kelompok teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, masih terus dilakukan. Bahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengirimkan tim tambahan yang berjumlah 140 anggota Brimob dari Mabes Polri.

Meski begitu, Badrodin menolak mengatakan kondisi di Poso merupakan darurat sipil. Menurutnya, kondisi di sana masih bisa dikendalikan dengan baik.

"Tidak, itu masih terlalu dini. Ini masih bisa diatasi," kata Badrodin saat ditemui di Mabes Polri, Jumat (21/8). (Baca juga: Polisi dan Kelompok Sipil Bersenjata Baku Tembak di Poso)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badrodin menjelaskan, ia menambah personel sebanyak 140 orang karena fokus utama pencarian saat ini adalah mendekati posisi pos yang dijadikan tempat berlindung oleh kelompok teroris jaringan Santoso.

Di bagian atas gunung tempat mereka bersembunyi, kata Badrodin terdapat sebuah tempat persembunyian yang lokasinya sudah diketahui oleh tim Polri sejak Senin (17/8) lalu.

Saat ini pun, jumlah anggota dari kelompok Santoso yang ada di Poso diperkirakan berjumlah 30 hingga 40 orang. Jika pergerakannya tidak dihentikan maka mereka bisa menyebar ke tempat lain.

"Mereka bisa bergerak ke berbagai tempat untuk menambah kekuatan dan bisa membeli senjata dengan dana sumbangan dari simpatisan," ujar Badrodin. (Baca juga: Polri Tingkatkan Pengamanan Empat Daerah Jelang HUT RI)

Meski begitu, Badrodin mengungkapkan bahwa tim Polri belum membutuhkan bantuan anggota TNI untuk menangkap kelompok Santoso. Hanya saja, koordinasi dengan lembaga pimpinan Panglima Jenderal Gatot Nurmantyo tersebut terus dilakukan.

"Sementara kita sudah koordinasi, tapi belum minta bantuan," katanya.

Baku tembak antara kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso kembali terjadi sejak Selasa (18/8) hingga Rabu (19/8). Dalam kontak senjata itu, Bado, seorang anggota kelompok sipil bersenjata itu tewas ditembak aparat saat penyergapan di Gunung Auma dan Gunung Langka.

Jenazah tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu untuk menjalani autopsi guna memastikan bahwa jasad tersebut adalah Bado. Polisi akan melakukan pencocokan DNA dengan pihak keluarga.

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Idham Azis, Bado adalah satu dari puluhan terduga teroris yang masuk dalam daftar pencarian orang. “Bado juga diduga terlibat dalam sejumlah kasi kekerasan bersenjata di Poso,” ujarnya.

Dalam peristiwa kontak senjata itu, selain menewaskan satu anak buah Santoso, seorang anggota polisi juga terkena tembakan.

Pihak kepolisian meyakini Santoso alias Abu Wardah yang memimpin anak buahnya saat baku tembak di Gunung Langka pada Rabu kemarin.

Idham menuturkan, dalam kontak senjata, Santoso yang bersama anak buahnya  berjumlah sekitar 30 orang dilengkapi dengan senjata penghancur tank dan ratusan bom. Dalam penyergapan di kamp persembunyian di Gunung Langka itu Santoso kembali berhasil lolos. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER