Santoso dan Api Teror yang Tak Kunjung Padam

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 21 Agu 2015 08:24 WIB
Polisi berulangkali berdalih, petugas kesulitan menangkap gembong teroris itu karena terkendala kondisi geografis dan persembunyian yang berada di hutan-hutan.
Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris Poso saat ditampilkan di Mapolda Sulteng di Palu, Selasa (26/5). Mabes Polri menambah jumlah DPO teroris Poso dari 18 orang menjadi 24 orang yang sebagiannya diduga masih berada di Poso. Jumlah tersebut tidak termasuk 12 orang lainnya yang sudah tertangkap termasuk yang tertembak mati dalam kontak senjata dengan aparat. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang anggota polisi kembali gugur dalam baku tembak dengan anak buah Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (19/8). Sementara itu, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu masih belum juga tertangkap. (Baca: Polisi yang Tertembak Kelompok Sipil Bersenjata di Poso Tewas)

Santoso adalah salah satu buronan yang paling dicari di Tanah Air. Kepolisian berulangkali berdalih, petugas kesulitan menangkap gembong teroris itu karena terkendala kondisi geografis dan persembunyian yang berada di hutan-hutan. (Baca: Polisi Sulit Jangkau Persembunyian Teroris Santoso)

Nama itu masuk ke dalam daftar teratas buronan teroris kepolisian sejak mengotaki penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, diceritakan mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai dalam bukunya yang berjudul 'Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia', Santoso terus melakukan serentetan aksi teror di Poso setahun setelahnya.

Rentetan itu terjadi setelah Santoso mengeluarkan surat tantangan kepada Detasemen Khusus 88 Antiteror. "Kami selaku Mujahidin Gugus Tugas Indonesia Timur menantang Densus 88 Anti Teror untuk berperang secara terbuka dan jantan!" kata Santoso dalam surat itu sebagaimana dikutip Ansyaad.

Selain itu, Santoso juga menculik dua anggota polisi Resor Poso yang sedang melintas di Dusun Tamanjeka, Gunung Biru, yang merupakan basis operasi MIT. Penculikan terhadap dua petugas yang belakangan ditemukan tewas mengenaskan itu dilakukan untuk memancing polisi ke markas Santoso untuk dijebak dengan ranjau.

Polisi tidak terpancing karena sudah mendengar informasi mengenai jebakan itu. Tak lama berselang, Polri dan TNI juga berhasil melakukan serangkaian penangkapan dan penembakan terhadap anggota teroris.

Walau demikian, pada 20 Desember 2012, Santoso tetap bisa melakukan serangan terhadap iring-iringan motor patroli Brigade Mobil yang sedang melintas di Desa Kalora, Poso Pesisir. Serangan ini menewaskan empat orang.

"Serangan ini merupakan serangan terorisme paling mematikan sepanjang 2012. Serangan itu juga menunjukkan bahwa kelompok Santoso dan kawan-kawan masih cukup kuat untuk melakukan serangan terorisme," tulis Ansyaad.

Hingga kini, sosok Santoso masih menjadi momok di Indonesia Timur. Untuk memburu kelompok teroris ini, Polri melancarkan operasi Camar Maleo. Dalam operasi pertama yang berakhir April, kepolisian mengklaim setidaknya 15 anak buah Santoso berhasil ditangkap atau ditewaskan oleh petugas. Mereka diduga berperan sebagai pendukung dan penyedia logistik para teroris yang bersembunyi di hutan-hutan Poso.

Sementara itu, operasi kedua telah berakhir awal Juni lalu. Catatan CNN Indonesia, setidaknya dua orang anak buah Santoso tewas tertembak dan dua lainnya berhasil tertangkap. Operasi Camar Maleo ketiga rencananya akan digelar awal September depan.

Sementara itu, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah telah meminta bantuan Satu Satuan Setingkat Kompi Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat, pasca baku tembak antara aparat kepolisian dengan kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso. (Baca: Pasukan Brimob Kelapa Dua Dikerahkan ke Poso)

Sebanyak 146 personel Brimob Kelapa Dua itu tiba di Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu, Kamis (20/8) pagi, dengan menggunakan pesawat komersial. Setiba di Palu, mereka langsung diberangkatkan menuju Kabupaten Poso dengan menggunakan enam bus milik Polda Sulteng.

Kepala Kepolisian Daerah Sulteng Brigadir Jenderal Polisi Idham Azis mengatakan, selain menurunkan ratusan aparat Brimob, Polda Sulteng juga sudah menyekat pintu masuk dan keluar Poso. Ini untuk mengantisipasi keluarnya kelompok Santoso dari wilayah Poso,” kata Idham saat ditemui di Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER