Jakarta, CNN Indonesia -- Kenangan tak serta merta hilang seiring runtuhnya rumah dan bangunan di Kampung Pulo, Jatinegara. Sebuah kampung yang telah menurunkan tanah juga kenangan bagi generasi berikutnya kini tak lagi tampak oleh mata.
Sofyan (32), adalah warga yang lahir di Kampung Pulo. Pengalaman indah ia ceritakan semasa masih hidup di kawasan tersebut puluhan tahun lalu. Kenangan bersama teman-temannya di sana diakui tak akan hilang, walaupun Kampung Pulo akan musnah dihancurkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Tidak bisa terganti memori di sini. Saya dulu sering main bareng temen, mandi di Kali berenang dari ujung sampai ujung Pulo, wah itu ga bisa dicari di tempat lain," ujarnya saat ditemui CNN Indonesia di Kampung Pulo, Jakarta, Sabtu (22/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sofyan memang sudah pindah dari wilayah sengketa langganan banjir itu, meskipun lama sudah ia pindah, namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana, sampai penggusuran dilakukan Pemprov DKI Jakarta, Kamis (20/8) lalu.
Sekuat ingatannya, Sofyan menceritakan di kediaman orang tuanya sering didatangi oleh warga sekitar untuk aneka kegiatan, khususnya keagamaan hingga arisan.
"Kenangan di sini kan tempat-tempat main bareng, kumpul-kumpul. Kalau Lebaran nih, wah ramai di rumah ibu saya. Kumpul semua keluarga besar, silaturahmi bareng," ujarnya.
Banjir musiman melanda Kampung Pulo, pun menjadi kenangan tak terlupakan baginya. Penderitaan memang ia rasakan , tapi disaat yang sama, kebersamaan warga saat musibah itu datang justru lebih terasa.
"Kalau lagi banjir nih warga di lantai atas semua, nah pada kerja bakti bagi-bagi makanan. Yang akan berkesan banget kenangannya tidak akan ada di tempat lain," katanya.
Rumah orang tua Sofyan menunggu giliran, dihancurkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dua lantai rumah ia punya, dengan cat hijau yang dihancurkan tak lama lagi.
Menyadari minimnya kekuatan melawan kekuasaan, orang tua Sofyan sudah memilih pindah ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Jatinegara yang disediakan Pemprov DKI Jakarta. Di hari pertama penggusuran, Sofyan mengantar sang ibu dan ayahnya pindah.
"Ibu pindah ya tanggal 20 itu. Paginya itu ibu saya masih jualan bubur Betawi di sini loh. Pindah dadakan soalnya kami tidak tahu kalau penggusuran dilakukan kemarin," katanya.
Cuti kerja ia ambil, karena tidak mungkin orang tuanya melakukan itu tanpa bantuannya, karena ibunda Sofyan tidak mengetahui hari itu adalah hari penggusuran yang akan meratakan ribuan penghuni Kampung Pulo yang hanya akan tertera dalam sejarah dan kenangan warganya, dan mungkin saja relokasi itu memperbaiki nasib mereka, setidaknya lolos dari ancaman banjir tahunan sebagai suatu yang pasti.
 Warga melihat kondisi rumahnya setelah terjadi penggusuran di Kampung Pulo, Jakarta, Sabtu, 22 Agustus 2015. Pemerintah DKI Jakarta menargetkan penggusuran Kampung Pulo hingga 1,8 Kilometer, dan menyiapkan Rusunawi Jatinegara Barat bagi warga yang terkena dampak dari program normalisasi sungai. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono. |
Penggusuran Hari PertamaBertutur Sofyan, saat itu banyak warga Kampung Pulo yang mendadak harus mengosongkan rumahnya karena alat berat milik Pemprov DKI Jakarta bukan lawan sepadan bagi rumah-rumah di sana. Tetangga yang tak terkena gusur, ibarat tempat penitipan barang.
"Pindahan kemarin itu seperti ada kebakaran. Mindah-mindahin barang cepet, ada juga beberapa yang dititipin dulu ke rumah tetangga yang tidak kena gusur," ceritanya.
Kemarahan bukan timbul karena penggusuran, tapi kedatangan petugas yang dipandang warga serba mendadak, dan menimbulkan kepanikan. Di luar provokator yang telah ditangkap aparat, ledakan emosi para pemuda tak bisa terbendung ketika melihat orang tua mereka panik dan terlihat lelah saat 'berkejaran' dengan mesin penghancur rumah, juga aparat berseragam 'tempur'.
Sofyan dan kawan-kawannya menyesalkan tindakan Satpol PP dan Pemprov DKI Jakarta yang tidak memberi waktu tambahan bagi warga untuk mengosongkan rumahnya.
"Harusnya kalau emang ada backhoe (alat berat) gitu sebagai warning saja, terus kasih waktu buat pindahan warga sehari misalnya. Info penggusuran simpang siur loh di sini," ujarnya.
Kini, meski rumah Sofyan masih berdiri, namun dipastikan esok telah hilang. Bernasib serupa dengan hampir 500 rumah yang ada. Meski hilang, Kampung Pulo bagi mereka tak lekang dalam kenangan.
"Di sini saya tumbuh besar. Kenangan itu, pasti."
(pit)