Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Hubungan Internasional, Aleksius Jemadu, menyatakan aksi selfie dan pertemuan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto bersama bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump dapat menimbulkan berbagai prasangka.
"Seharusya jika memang itu merupakan kunjungan, para anggota DPR harus menemui partai lain yang terlibat pemilu. Disana ada Republik dan Demokrat, kenapa hanya Republik?," ujar Aleksius kepada CNN Indonesia, Sabtu (5/9).
Aleksius menuturkan sebagai pejabat negara yang dipilih oleh rakyat, seharusnya anggota DPR dalam setiap kunjungan kerja harus lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak. Alasannya, apa yang dilakukan oleh anggota DPR harus mengutamakan kepentingan nasional dan menggambarkan netralitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Aleksius berharap, kunjungan kerja anggota DPR dapat dijelaskan kepada masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban kerja.
"Kita harus melihat konteks kunjungan mereka. Jangan sampai dianggap berpihak atau memang ada rencana pemihakan," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon menjelaskan bahwa pertemuan rombongan DPR RI, termasuk Ketua DPR Setya Novanto dengan calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump bukan dari bagian agenda resmi yang direncanakan dan bersifat informal.
"Kami bertemu Donald Trump jam 13.00 (waktu setempat), di kantornya di Trump Plaza lantai 26. Informal saja. Bicara tentang ekonomi dan investasi Trump di Indonesia," kata Fadli melalui keterangan tertulisnya, Jumat (4/9).
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mengatakan kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto ke calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump sangat tidak etis.
"Nanti saya interupsi dia di rapat paripurna," ujar Yandri saat ditemui di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN), Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Jumat (4/9).
(meg)