Menkes Sebut Pencemaran Udara Riau Belum Berbahaya

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2015 11:24 WIB
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan relokasi warga dalam jumlah besar membutuhkan sumber daya yang besar pula. Pemerintah mesti mempertimbangkan serius.
Pengendara sepeda motor melintas di jalan yang dipenuhi kabut asap kebakaran lahan di Rimbo Panjang, Kampar, Riau, Minggu (13/9). (AntaraFoto/ Ronny Muharrman)
Jakarta, CNN Indonesia -- ‎Menteri Kesehatan Nila F Moeloek belum berencana mengevakuasi warga terdampak kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau. Evakuasi dan relokasi warga tengah dipertimbangkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei. (Baca juga Kepala BNPB: Orang Sehat ke Riau Bisa Langsung Sesak)

"Pencemaran asap (di Riau) saat ini belum pada taraf sangat berbahaya. Kalau tingkatnya terlalu tinggi, mau tidak mau kami harus evakuasi. Tetapi dalam taraf ini masih belum," kata Nila usai membuka acara Simposium Internasional ke-2 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (15/9). (Lihat Juga FOKUS Derita Warga Dikepung Kabut Asap)

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Pekanbaru kemarin menyentuh angka 984 psi (polutan standar indeks). Angka itu sudah di atas level tertinggi ISPU, yakni berbahaya, yang berada di kisaran 300-500 psi. Namun setelah hujan mengguyur semalam, hari ini ISPU di Riau turun ke angka 100-an di level sedang atau tak sehat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nila mengimbau kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang tua agar tidak sering keluar rumah. Meski Nilai mengakui hal tersebut cukup sulit dilakukan karena warga juga perlu beraktivitas dan bekerja seperti biasa.

"Kami mengimbau warga jangan terlalu banyak keluar rumah," ujar Nila.

Menurut Nila, relokasi warga dalam jumlah besar akan membutuhkan sumber daya yang besar pula. Hal itu berarti pengungsi akan cukup banyak. Pemerintah, kata dia, mesti mempertimbangkan serius persoalan tersebut. (Lihat juga: Kabut Asap, Pemerintah Timbang Rencana Relokasi Warga)

"Kalau sudah sangat berbahaya apa boleh buat. Nanti koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," kata Nila.

Nila mengatakan yang perlu dilakukan sebelum masuk tahap evakuasi adalah memadamkan asap kebakaran hutan. Menurutnya, gangguan kesehatan merupakan dampak dari asap tersebut.

"Matikan dulu asapnya supaya sehat. Kalau enggak, akan sakit semua dan kami akan mengeluarkan ongkos yang terlalu besar. Tapi karena ini sudah terjadi, kami hanya bisa mencegah," kata Nila.

Pencegahan itu, ujarnya, dengan mengurangi asap berbahaya agar tidak masuk langsung ke paru-paru. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan terus memberikan masker kepada warga di lokasi terdampak asap.

Kepala BNPB Willem Rampangilei mempertimbangkan rencana evakuasi parsial terhadap warga terdampak kabut asap. “Evakuasi perlu dipilah-pilah, tak bisa semua. Misalnya orang yang sakit parah dan alergi asma perlu dievakuasi,” kata Willem kepada CNN Indonesia.

Menurut Willem, dia tahu persis bagaimana penderitaan orang yang asma dan alergi. “Mereka tidak bisa kena asap. Orang sehat seperti saya saja pergi ke Riau langsung sesak dan merasa tak nyaman 24 jam. Bayangkan, asap masuk ke kamar,” kata dia.

Willem menyatakan amat prihatin terhadap kondisi masyarakat Riau saat ini. “Saya lihat dampaknya luar biasa terhadap mereka. Saya bukannya menakut-nakuti, tapi kami perlu pikirkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan, misalnya kanker, meski itu bisa diperdebatkan,” ujarnya.

Anak-anak dan perempuan yang terpapar asap dipandang Willem termasuk kelompok paling rentan sehingga perlu dievakuasi. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER