Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei tengah mempertimbangkan rencana evakuasi dan relokasi warga terdampak kabut asap. Willem semalam baru kembali dari Riau, wilayah di Sumatera yang paling parah terpapar asap akibat kebakaran hutan. (Baca:
Riau Darurat Asap, Indeks Pencemaran di Atas Level Berbahaya)
“Evakuasi perlu dipilah-pilah, tak bisa semua. Misalnya orang yang sakit parah dan alergi asma perlu dievakuasi,” kata Willem kepada CNN Indonesia, Selasa (15/9).
Menurut Willem, dia tahu persis bagaimana penderitaan orang yang asma dan alergi. “Mereka tidak bisa kena asap. Orang sehat seperti saya saja pergi ke Riau langsung sesak dan merasa tak nyaman 24 jam. Bayangkan, asap masuk ke kamar,” kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Willem menyatakan amat prihatin terhadap kondisi masyarakat Riau saat ini. “Saya lihat dampaknya luar biasa terhadap mereka. Saya bukannya menakut-nakuti, tapi kita perlu pikirkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan, misalnya kanker, meski itu bisa diperdebatkan,” ujarnya.
Willem mengatakan perlu dipikirkan baik-baik bagaimana teknis relokasi atau evakuasi dilakukan, terutama pada anak-anak dan bayi yang mesti bersama dengan orang tua mereka.
“Mereka ini mau dibawa ke mana dan bagaimana caranya? Jika bersama orang tua mereka, orang tua mereka juga punya pekerjaan. Ini tidak mudah, tapi akan saya dorong pemerintah untuk memikirkannya,” ujar Willem.
Ia menyatakan mendukung relokasi terhadap anak-anak dan perempuan yang terpapar asap. Keduanya dipandang Willem termasuk paling rentan.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar akan lebih dulu mendengarkan pemaparan Willem pada rapat koordinasi besar yang akan digelar siang ini di kementeriannya untuk menimbang perlu tidaknya dilakukan relokasi.
Menurut Willem, saat ini kondisi kabut asap di Riau sudah berkurang akibat guyuran hujan semalam. Indeks Standar Pencemaran Udara di Pekanbaru yang kemarin mencapai 984, di atas level tertinggi ISPU, hari ini telah turun ke angka 100-an di level sedang atau tak sehat.
Persoalannya sekarang, ujar Willem, bagaimana agar kondisi kabut asap yang menipis di Riau tak lagi naik ke level berbahaya bahkan lebih dari berbahaya.
Untuk itu Willem memobilisasi pasukan TNI untuk mencegah munculnya titik-titik api baru dan mengintensifkan pemadaman yang telah berlangsung.
Prajurit ia arahkan ke Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan yang teridentifikasi sebagai sumber titik api. Asap kebakaran hutan di Jambi dan Sumsel itu terbawa angin dan akhirnya ikut mengepung Riau.
(agk)