Jakarta, CNN Indonesia -- Pintu kecil itu terbuka saat matahari mulai tinggi. Jarum jam menunjukkan pukul 08.40 WIB. Dari balik gerbang Lembaga Pemasyarakatan Tangerang, dua lelaki bertubuh tegap dan berambut cepak keluar mengiringi seorang narapidana berkumis tebal.
Napi berkumis tebal itu adalah Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Dia dan kedua pendampingnya bergegas meninggalkan Lapas di Jalan Veteran itu. Diantar mobil Kijang Innova, mereka pergi ke kantor notaris yang hanya berjarak satu kilometer dari lapas.
Seperti hari-hari sebelumnya, Jumat itu (19/9) Antasari menjalani masa asimilasi menjelang pembebasannya, tahun depan. Hak asimilasi diberikan karena Lapas menilai Antasari selama berada di tahanan berkelakuan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antasari meringkuk di Lapas Tangerang karena divonis terlibat pembunuhan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjara Nasrudin Zulkarnaen. Hingga kini dia telah menjalani separuh masa tahanan.
Mobil yang ditumpangi Antasari Jumat lantas berhenti di sebuah rumah bernomor 58 di Jalan KH Soleh Ali Nomor. Perjalanan dari Lapas ke lokasi itu tak sampai lima menit.
Di atas bangunan itu terpampang plang bertuliskan “Notaris M. Handoko Halim SH”. Antasari segera masuk ke ruangan yang berhadapan dengan pintu utama kantor. Dia kini bekerja di kantor yang hanya mempekerjakan delapan orang karyawan itu.
Antasari menempati petak seluas 4 x 5 meter yang hanya disekat pintu kaca. Ruangan itu dilengkapi oleh satu televisi, lemari, dan dua meja serta kursi. Terlihat pula puluhan piagam penghargaan menghiasi ruangan. Beberapa poster bergambar otomotif juga menempel di dinding. Pemilik kantor rupanya gemar balapan.
Dari catatan di buku kehadiran, Antasari telah mengisi daftar presensi selama 26 hari kerja. Dia mulai berkegiatan di kantor notaris milik sahabatnya itu, Handoko Halim, sejak 13 Agustus atau satu hari sesudah Antasari menerima surat keputusan soal asimilasinya.
Saat ditemui CNN Indonesia di ruangan kerjanya, Antasari tampak kurang sehat. Wajahnya terlihat pucat. Rupanya sehari sebelumnya dia tak masuk izin lantaran menjalani terapi.
Kamis pekan lalu, dengan pengawalan petugas Lapas, Antasari berobat ke Bekasi. Belakangan, gula darahnya tinggi. Dia bahkan sempat dirawat di Rumah Sakit OMNI Tangerang selama sepekan lebih. Itu sebabnya Antasari kini lebih hati-hati dalam menjaga pola makan. Dia pun mesti mengonsumsi nasi merah.
Meski harus ekstra merawat diri, setidaknya dari ruangan 4 x meter itu kini Antasari menyongsong hari kebebasannya yang perlahan tiba.
"Harapan seorang narapidana tidak ada yang lain: bebas," ujar Antasari, singkat, namun bermakna segalanya buat dia.
(agk)