BNPB: Jumlah Hotspot di Sumatra dan Kalimantan Menurun

Resty Armenia | CNN Indonesia
Rabu, 30 Sep 2015 14:26 WIB
Namun masih dijumpai asap pekat di Jambi dan Kepulauan Riau yang membuat indeks pencemaran udara meningkat ke level berbahaya.
Sebuah helikopter memadamkan kebakaran lahan di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (5/11). (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan bahwa jumlah titik panas di Sumatra dan Kalimantan menurun dalam jangka waktu sepekan terakhir.

"Berdasarkan analisis data per 30 September ini, kami melihat hotspot di Sumatra dan Kalimantan dalam seminggu terakhir terjadi penurunan. Jumlahnya terus menurun dan titik yang paling banyak terbakar tetap sama, di Sumatra itu di Sumatra Selatan dan di Kalimantan itu di Kalimantan Tengah," kata Sutopo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (30/9).

Namun menurutnya memang masih ada asap pekat yang membumbung di Sumatra, tepatnya di Jambi dan Kepulauan Riau, serta sebagian besar Kalimantan, dengan jarak yang pendek hanya rata-rata 300 meter. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) juga terus meningkat, bahkan sudah pada level berbahaya. Hal itu pun tak ayal membuat perekonomian masyarakat ikut terdampak. 
Sutopo menjelaskan, ada dua penyebab banyaknya asap meski jumlah titik panas menurun. Pertama, pembakaran hutan dan lahan masih terjadi hingga sekarang dan BNPB masih mendeteksi hal itu melalui satelit. Kedua, api di permukaan sudah padam, namun karena yang terbakar adalah lahan gambut, maka masih mengeluarkan asap. Oleh karena itu semua sumber daya akan dikerahkan untuk mempercepat penanganan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sutopo menyebutkan, pusat titik panas di Sumatra Selatan terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, dan beberapa perbatasan dekat Provinsi Jambi. Sedangkan di Kalimantan Tengah terkonsentrasi di Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Kotawaringin Timur. Ia memastikan akan menambah personel dan kekuatan udara untuk fokus mengatasi kebakaran hutan dan lahan di titik-titik tersebut.

"Personel yang dikerahkan ada 22.416 orang, baik personel TNI, Polri, BNPB, dan BPPD, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api, Lapan, BMKG, dan sebagainya. Semuanya terus melakukan penanganan dan sebaran kekuatan disesuaikan dengan tingkat ancaman yang ada," kata dia. 
Dengan melihat sebaran yang ada, Sutopo menambahkan, Riau dalam seminggu ini nyaris sudah tidak ada titik panas yang terdeteksi oleh satelit. Namun, karena ada asap yang berasal dari wilayah selatan, khususnya dari Sumatra Selatan dan sebagian perbatasan dengan Jambi mengarah ke timur laut, bahkan ke utara sampai berbelok menutup Malaysia dan Singapura.

Maka dari itu, sumber penyuplai asap harus segera dipadamkan. Ia menyebutkan, akan ada personel TNI sebanyak 3.703 orang dari pusat untuk melakukan penanganan dan kepolisian pusat sebanyak 770 orang, baik dari Brimob maupun penyidik.

"Mereka akan kami perlakukan mobilisasi sesuai dengan tingkat ancamannya. Kapan itu, berdasarkan prediksi BMKG dan update El Nino yang ada bahwa ancaman sampai akhir November, bahkan beberapa institusi ternama dalam memprediksi iklim mengatakan bisa sampai pertengahan Desember," ujar dia.

Sutopo memaparkan, terdapat dua kendala yang muncul dalam upaya pemadaman api dan asap tahun ini. Pertama, wilayah yang terbakar sangat luas dibandingkan pada tahun 2012 dan 2013 kebakaran terkonsentrasi di Riau, sementara tahun ini terkonsentrasi merata dan yang paling parah terjadi di Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah. Kedua, persediaan air yang terbatas, padahal ciri khas gambut adalah susah dipadamkan. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER