Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya mengungkapkan bahwa masih ada upaya pembakaran lahan di Sumatra.
Siti bercerita, menurut penelitian yang dilakukan kementeriannya, para pelaku pembakaran lahan biasanya membawa jerigen masuk ke kebun.
"Tadi dilaporkan lagi, di Sumatra orang-orang masih bawa dirigen masuk ke kebun itu masih ada. Saya baru saja dilapori, jadi nanti saya mau coba koordinasi dengan Polda," ujar Siti di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (6/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun yakin bahwa orang-orang yang masuk ke kebun dengan membawa jerigen adalah para pelaku pembakaran.
"Ya dia yang membakar di lapangan," kata dia. Ia memperkirakan para pelaku membawa bahan bakar di dalam jerigen tersebut, "karena kalau membakar tidak lewat kanal dia."
Siti mengaku belum bisa memberitahu di mana letak spesifik pembakaran terjadi. Yang jelas, tutur dia, titik-titik pembakaran lahan bisa terlihat dari udara yang nampak di operator.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana pagi tadi merilis data titik api di sejumlah daerah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan. Dalam data itu titik api terbanyak terdapat di Pulau Kalimantan dengan 712 titik.
Jika dibagi per daerah maka daerah yang paling banyak "menyumbang" titik api adalah Sumatera Selatan. Kepala BNPB Willem Rampangilei mengakui bahwa penanganan pemadaman di Sumatera Selatan akhir-akhir ini terhitung lambat.
"Berdasarkan pengamatan Citra Satelit di dua hari terakhir, daerah Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pemadamannya masih lambat," kata Willem saat menggelar jumpa pers di kantor BNPB.
Berdasarkan data BNPB per pukul 08.00 WIB hari ini, titik api di Sumatera Selatan mencapai angka 406 dari total 502 titik api di seluruh Pulau Sumatera. 406 titik itu sebagian besar terjadi di Kabupaten OKI.
Sementara di daerah Sumatera yang lain jumlah titik apinya tidak ada yang melebihi angka 20 titik. Di Jambi, kata Willem, jumlah titiknya ada 17 titik, di Lampung ada delapan titik, Sumatera Barat enam titik, Bangka Belitung tiga titik, dan Riau hanya dua titik.
Willem menambahkan bahwa faktor utama yang menyebabkan kebakaran sulit untuk dipadamkan adalah terlalu banyaknya titik api yang menyebar di beberapa daerah. Jika dihitung jumlah personel yang bertugas dengan jumlah kebakaran seimbang dan tidak ada yang lebih superior.
"Jadi kebakaran dengan personel yang diterjunkan jumlahnya sama. Itu yang menyebabkan pemadaman lambat," katanya.
Dengan fakta seperti itu, Willem mengungkapkan bahwa BNPB berencana meminta tambahan bantuan dari Tentara Nasional Indonesia. Untuk jumlahnya, Willem mengatakan masih akan dibicarakan dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Pengerahan TNI dimaksudkan untuk perkuat pemadaman, mencegah kebakaran baru, upayakan sosialisasi masyarakat, serta membantu proses water bombing," katanya.
Willem menjanjikan pihaknya akan menambah jumlah helikopter untuk memadamkan api di kawasan Sumatera Selatan. “Helinya diambil dari lokasi lain,” katanya.
Saat kondisi kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan masih di titik mengkhawatirkan, BNPB dihadapi masalah baru bahwa di Kalimantan Timur telah muncul kebakaran baru. Kebakaran tersebut, kata Willem, muncul dalam dua hari terakhir.
"Di Kalimantan Timur ada penambahan kebakaran dan setelah diteliti sebagian itu merupakan kebun milik masyarakat," kata Willem.
(pit)