Jakarta, CNN Indonesia -- Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat kota dan desa masih sangat timpang. Hal ini yang mendorong arus urbanisasi terus terjadi. Jika dibiarkan, ada kekhawatiran desa akan ditinggalkan oleh penduduknya.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan, ketimpangan antara kota dan desa ini merupakan masalah serius yang dihadapi pemerintah saat ini.
Dalam catatan Kementerian Desa, pada tahun 1980-an sekitar 78 persen jumlah penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Namun saat ini jumlah penduduk yang tinggal kota dan desa hampir berimbang.
Jumlah penduduk yang tinggal di desa saat ini hanya tinggal 50,2 persen. Sisanya 49,8 persen sudah tinggal di kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika tren urbanisasi ini dibiarkan, maka diperkirakan tahun 2025 nanti sekitar 65 persen penduduk Indonesia akan berada di kota," kata Marwan di Kementerian Desa, Jakarta, Senin (19/10).
Menurutnya, kemiskinan jadi penyebab utama urbanisasi ini. Tahun lalu, persentase penduduk desa yang hidup di bawah garis kemiskinan adalah sebesar 13,8 persen. Sementara penduduk kota berjumlah lebih kecil yaitu 8,2 persen.
Tingkat kemiskinan di desa, menurut Marwan, jauh lebih dalam dan lebih parah dibandingkan di kota. Hal ini digambarkan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan di kota mencapai 1,25, sementara di desa jauh lebih besar yaitu sebesar 2,24.
"Semakin tinggi nilai indeks ini artinya semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan," kata Marwan
Selain itu, Indeks Keparahan Kemiskinan di kota 0,31 sementara di desa 0,56. Marwan mengatakan, semakin tinggi nilai indeks artinya semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Pendidikan di desa dinilai sebagai salah satu indikator sosial juga sangat rendah. Infrastruktur yang terbatas, dan masih mengakarnya budaya lokal dengan menempatkan pendidikan formal sebagai kebutuhan tersier juga jadi penyebabnya.
(sur)