Sekjen Jakmania Minta Maaf soal Insiden Perang Kata di Sosmed
Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Kamis, 22 Okt 2015 05:44 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Jakmania pasang spanduk mendukung Piala Presiden 2015. (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua The Jakmania Richad Ahmad menyatakan tersangka provokasi sekaligus Sekjen The Jakmania Febrianto telah menyatakan dirinya khilaf dan meminta maaf atas tindakannya melalui sebuah surat permintaan maaf yang ditanda tangani oleh Febrianto sendiri.
"Saya sudah bertemu dan berbicara dengan Febrianti. Saya juga sudah bertanya, soal tweet itu tidak ada maksud tertentu, artinya memang tweet itu lebih mengkritik," ujar Richad di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (21/10).
Dalam surat tersebut, Febrianto menyampaikan permintaan maaf terhadap semua pihak yang telah dirugikan oleh tindakannya tersebut.
Febrianto juga menyatakan tidak bermaksud untuk memprovokasi dan merencanakan untuk mengganggu jalannya final Piala Presiden 2015. Febrianto mengaku, ucapan dirinya di twitter hanyalah bentuk kritik dan masukan bagi pelaksana acara jika final benar dilaksanakan di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku, bertemunya The Jakmania dengan Bobotoh seringkali mengakibatkan keributan.Namun, Febrianto mengaku bahwa ucapannya selaku Sekjen juga dapat ditafsirkan berbeda oleh berbagai pihak, khususnya bagi para anggota The Jakmania dan Bobotoh.
"Pernyataan saya di tweet yang dapat dipersepsikan provokatif merupakan reaksi terhadap beberapa mention yang masuk ke saya. Sehingga terjadi saling balas membalas (tweet war). Jika ada pernyataan keras. Hal tersebut merupakan emosi sesaat dan bukan merupakan pernyataan sungguhan yang berasal dari dalam hati saya," ujar Febrianto dikutip dari surat permohonan maaf.
Berikut surat permohonan maaf versi utuh yang ditulis oleh Sekjen The Jakmania Febrianto:
Surat permohonan maaf Febrianto Sekjen Jak mania
Assalamualaikum
Pertama, saya ingin menyampaikan perkenankanlah saya Febriyanto, Sekretaris Jenderal Jak Mania untuk memberikan keterangan terkait dengan insiden piala presiden dan proses hukum yang saya hadapi.
Kedua, saya ingin menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga, keluarga besar The Jakmania atas proses hukum yang saya hadapi yang membuat ketidaknyamanan atau hal-hal lain yang menyusahkan selama proses hukum berlangsung.
Saya juga ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada publik Jakarta, Bapak Kapolda dan jajaran Polda Metro Jaya, Gubernur DKI Jakarta dan bagi siapapun yang merasakan ketidaknyamanan dan keresahan atas tweet-tweet saya yang dianggap melakukan provokasi. Dan saya sampaikan, bahwa saya tidak bermaksud untuk melakukan provokasi, saya tidak mengendalikan atau mendesain insiden-insiden pelemparan yang terjadi dalam kurun waktu pelaksanaa Piala Presiden 2015.
Adapun terkait dengan pernyataan saya di twitter, saya dapat sampaikan klarifikasi sebagai berikut: Pertama, pernyataan saya terkait dengan #tolakpersib adalah merupakan bentuk kontribusi dan kritikan saya untuk suksesnya pelaksanaan Piala Presiden 2015, pada saat itu, saya melihat penolakan yang besar dari elemen Jakmania. Sehingga saya berinisiatif untuk mengingatkan betapa tidak kondusifnya jika pelaksanaan piala presiden 2015 di Jakarta.
Kedua, saya mengakui bahwa beberapa pernyataan saya dapat menimbulkan persepsi provokatif. Hal ini merupakan kekhilafan saya karena tidak menyadari posisi saya sebagai Sekjen The Jakmania dan sensitifitas isu yang saya tweetkan.
Namun demikian, pernyataan saya di tweet yang dapat dipersepsikan provokatif merupakan reaksi terhadap beberapa mention yang masuk ke saya. Sehingga terjadi saling balas membalas (tweet war). Jika ada pernyataan keras. Hal tersebut merupakan emosi sesaat dan bukan merupakan pernyataan sungguhan yang berasal dari dalam hati saya.
Ketiga, dan merupakan hal yang paling penting, saya adalah Bandung dan Bandung adalah saya. Bandung adalah rumah kedua saya, selama kurang lebih 10 tahun saya hidup, belajar dan membina hubungan dengan banyak komunitas di Bandung. Banyak kawan-kawan saya adalah pendukung Persib.
Saya tidak mungkin dan tidak ada dalam hati saya untuk mengobarkan kebencian kepada Bandung ataupun Persib. Saya mengakui persoalan Persib dan Jakmania merupakan persoalan perseteruan yang berakar urat sangat dalam, yang tidak dapat diselesaikan dalam satu malam.
Layaknya sebuah kelompok, Jakmania atau Bobotoh ataupun pendukung sepakbola manapun selalu terdapat elemen-elemen garis keras yang terkadang memilih jalan kekerasan untuk mengekspresikan dukungannya kepada tim sepakbola kesayangannya. Hal inilah yang saya coba ingatkan kepada pihak yang berkepentingan melalui pernyataan-pernyataan di tweet saya, saya melihat kondusifitas Piala Presiden 2015 menjadi tidak kondusif untuk dilaksanakan di Jakarta.
Pernyataan saya di twitter hanya merupakan sebuah bentuk penyampain aspirasi dari teman-teman Jakmania yang berkeberatan pada pelaksanaan Piala Presiden 2015 untuk diadakan di Jakarta.
Namun lagi-lagi saya harus mengakui kekhilafan saya sebagai sekjen sudah seharusnya peran saya untuk menyampaikan secara proporsional dan melalui jalur yang benar terkait dengan situasi yang ada.
Saya juga mengakui sebagai Sekjen seharusnya tidak cukup hanya menampung aspirasi teman-teman The Jakmania, namun dapat juga dengan bijak mengingatkan dan membina teman-teman untuk menyampaikan aspirasinya secara tertib dan sesuai dengan hukum yang berlaku, walaupun harus saya sampaikan bahwa anggota-anggota The Jakmania merupakan organisasi yang tidak dapat dikendalikan secara total oleh struktur organisasi.
Untuk hal-hal tersebut di atas, perkenankanlah sekali lagi untuk menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga saya, keluarga besar Jakmania, Bapak Kapolda dan jajarannya, Bapak Gubernur dan publik jakarta atas ketidakbijakan dan kegagalan saya sebagai Sekjen Jakmania dalam memberikan pembinaan terhadap para anggota jakmania, terutama terkait dengan pelaksanaan Piala Presiden 2015.
Saya juga ingin menyampaikan bahwa kepadanya, saya akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk embina jakmania menjadi suporter sepakbola yang baik dan tertib dan menjadikan sepak bola sebagai alat pemersatu bukan memecah belah.
Lebih khusus, saya juga akan dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk mengadakan upaya-upaya rekonsiliasi antara The Jak Mania dengan Bobotoh untuk menghilangkan segala perseteruan yang ada agar kami sebagai basis suporter terbesar di Indonesia dapat menciptakan iklim persepakbolaan yang kondusif.