Kapolri: Anak Imam Samudra Punya Jaringan Berbahaya

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 30 Okt 2015 13:05 WIB
Badrodin belum bisa mengungkapkan peta jaringan kelompok tersebut. Yang jelas kelompok tersebut mesti diwaspadai keberadaannya.
Kapolri Jendral Badrodin Haiti saat menghadiri upacara kenaikan pangkat di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 3 September 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menyebut anak terpidana mati kasus terorisme Imam Samudra mempunyai jaringan berbahaya di Indonesia. Orang tersebut, Umar Jundulhaq, sebelumnya telah dipastikan tewas dalam peperangan di Suriah.

"Kelompok radikal berbahaya, jaringan itu terkait ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan teroris," kata Badrodin saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (30/10).

Umar sendiri diketahui tewas setelah bergabung dengan ISIS di negara berkonflik itu. Dia dikabarkan meregang nyawa dalam sebuah pertempuran di Kota Deir ez-Zur, Suriah, pada 14 Oktober lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau demikian, Badrodin belum bisa mengungkapkan peta jaringan kelompok tersebut. Yang jelas, kata dia, kelompok tersebut mesti diwaspadai keberadaannya.

Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar menyebut jaringan itu terkait dengan pengikut lama Jamaah Islamiyah alias JI yang sebagian kini sudah berbaiat kepada ISIS.

"Sebagai anak pelaku bom bali, dia diakui sebagai mujahid. Hanya di Indonesia tidak bisa banyak bergerak karena terus dipantau, sampai akhirnya berangkat ke ISIS," kata Al Chaidar kepada CNN Indonesia.

Di Suriah, Umar diakui sebagai komandan perang. Al Chaidar menyebut, anak terpidana yang sudah dieksekusi pada 2008 lalu ini sangat pintar dalam manajemen taktik.

Umar mendapat pelatihan khusus dari ayahnya sejak masih kecil. "Saya sempat bertemu waktu dia masih kecil di Malaysia, dia dilatih sangat disiplin," ujar mantan anggota Negara Islam Indonesia itu.

Pelatihan dari Imam Samudra adalah satu-satunya sumber keahlian Umar. Tidak seperti ayahnya yang pernah ikut berperang di Afghanistan pada era 90-an, Umar belum pernah mendapat pelatihan di luar negeri.

Ketika tiba di Suriah pada 2013 lalu pun, kata Al Chaidar, Umar langsung diakui sebagai orang terhormat dan dijadikan komandan. "Sebagai anak pelaku bom bali, dia dihargai."

"Dia tidak membawa pengikut ke sana, sebenarnya dia melarikan diri. Dia dibawa oleh orang-orang pengikut Santoso," ujarnya. Santoso adalah salah satu buron teroris yang paling dicari di Indonesia.

Walau demikian, Al Chaidar menyebut Umar tidak kenal langsung dengan sang pentolan teroris yang diduga berada di Poso, Sulawesi Tengah. Lagi-lagi karena Umar adalah anak Imam Samudra, para pengikut Santoso menghargainya.

Al Chaidar menyebut saat ini sudah ada 1.500 warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah. Motifnya, kata dia, beragam mulai dari ideologis, ekonomis, sampai dengan politik.

"Nanti saat Suriah sudah terbebas, mereka akan bisa mendapatkan posisi penting di sana. Istilahnya, mereka punya saham politik karena berjasa membantu membebaskan negara itu," ujarnya.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER