Kapolri Sebut Peran TNI Belum Maksimal Buru Santoso

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 20:15 WIB
Polri dan TNI melakukan penguatan untuk operasi perburuan teroris dari segi personel, kemampuan dan peralatan.
Pasukan gabungan TNI melumpuhkan teroris di Hotel Borobudur dalam rangka latihan penangulangan teror (Gultor), Jakarta, Selasa, 9 Juni 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polri dan Tentara Nasional Indonesia sepakat untuk saling memperkuat dalam operasi perburuan teroris Santoso yang akan datang di Sulawesi Tengah.

Hal tersebut dibahas dalam pertemuan antara Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, tadi siang (6/11).

Badrodin mengatakan, sebenarnya kerja sama ini bukan hal yang baru antar kedua institusi. Namun, penambahan kekuatan saat ini dirasa perlu untuk dilakukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya dari dulu sudah ada dengan TNI, tapi karena belum maksimal perannya, sehingga ditambah," kata Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta.

Penguatan ini, kata Badrodin, bisa dari segi personel, kemampuan dan peralatan. Dia juga menyebut, TNI adalah pihak yang berinisiatif untuk menambah bantuan.

Namun, Badrodin tidak bisa merinci jumlah kekuatan yang akan ditambahkan. Teknis di lapangan pun nantinya akan diatur oleh Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Idham Aziz.

Sementara itu, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengklaim operasi bersandi Camar Maleo sudah menunjukkan perkembangan berarti. Dia menyebut ada setidaknya empat titik yang dicurigai sebagai basis pergerakan teroris.

"Itu rahasia, pokoknya ada empat blok. Itu di daerah sekitar sana," kata Anton.

Di sisi lain, Gatot tidak memberikan pernyataan kepada awak media usai pertemuan siang tadi. Keluar dari gedung utama, Gatot langsung memasuki mobilnya yang sudah menunggu dan langsung pergi meninggalkan Markas Besar Polri.

Nama Santoso masuk ke dalam daftar teratas buronan teroris kepolisian sejak mengotaki penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011.

Selain itu, Santoso terus melakukan serentetan aksi teror di Poso setahun setelahnya. Dia menculik dua anggota Polisi Resor Poso yang melintas di Dusun Tamanjeka untuk menjebak petugas lainnya dengan ranjau. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER