Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said telah melaporkan hasil audit Pertamina Energy Trading Limited (Petral), kepada Presiden Joko Widodo, di Istana Kepresidenan, Jumat (13/11). Audit dilakukan oleh perusahaan auditor asal Australia, Kordamentha.
"Soal Petral Pertamina sudah menyerahkan semuanya pada pemerintah. Saya sudah laporkan pada presiden, juga dalam waktru dekat akan saya jelaskan," kata Sudirman di KPK, Jakarta, usai bertemu Jokowi di Istana.
Sudirman menjelaskan, sikap pemerintah akan tetap konsisten. Apabila ditemukan kesalahan dalam tata kelola impor minyak dan gas, maka akan ditindaklanjuti dengan pembenahan manajemen internal.
"Yang berkaitan dengan potensi pelanggaran, kalau memang ada itu nanti akan diserahkan pada aparat penegak hukum," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, pada Selasa (3/11), Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengaku telah mengantongi hasil audit investigasi Petral. Audit kepada Petral menyoroti karut marutnya tata kelola impor minyak dan gas di Indonesia.
Dwi Soetjipto memaparkan terdapat tiga temuan utama dari audit yang dilakukan terhadap Pertal. Hasil audit menemukan adanya kebijakan manajemen Pertamina Energy Service (PES) yang membatasi ruang gerak perusahaan minyak nasional (NOC) untuk menjadi peserta di dalam pelaksanaan tender pengadaan minyak mentah dan BBM impor.
Pada 2009, Petral mulai diberi kewenangan untuk melakukan tender pengadaan BBM dan minyak mentah di mana Global Energy dan Gold Manor ikut terlibat dalam mengatur tender tersebut. Dugaan mencuat ada pihak tertentu yang turut ambil bagian dan mengutip rente.
Anggota Komisi VII DPR Inas Nasrullah menjabarkan rantai impor pun menjadi makin panjang: Produsen-Calo1-Calo2-NOC-Petral-Pertamina. "Calo1 dan Calo2 adalah perusahaan milik Mr. MR yakni bergantian: Gold Manor, Global Resources, Global Energy dan Veritra Oil yang seluruhnya berbasis di Singapura," katanya.
(pit)