Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaksana Tugas Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi Sapto Pribowo mengatakan pihaknya tengah intensif menggali keterangan dari sejumlah pihak dan mengkaji dokumen termasuk audit Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Johan tak bisa menentukan tempo penyelidikan kasus dugaan korupsi di anak perusahaan Pertamina tersebut.
"Ada sejumlah dokumen yang ditelaah, ada sejumlah pihak yang dimintai keterangan. Berapa lama waktu untuk menyimpulkan, ini tergantung dari hasil itu, kami kan belum tahu," ujar Johan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (30/11).
Pada tahap ini, pengumpulan semua barang bukti dilakukan secara tertutup. Kegiatan ini dimulai sejak pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika ditemukan unsur pidana dalam kasus ini dan terkait korupsi, maka penyidik dan pemimpin KPK akan menghelat gelar perkara atau ekspose. Selanjutnya, dilakukan penyidikan untuk orang yang diduga menjadi tersangka tindak pidana.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengaku telah mengantongi hasil audit investigasi Petral. Audit kepada Petral menyoroti karut marutnya tata kelola impor minyak dan gas di Indonesia. Audit tersebut telah diterima oleh KPK.
Dwi Soetjipto memaparkan terdapat tiga temuan utama dari audit yang dilakukan terhadap Pertal. Hasil audit menemukan adanya kebijakan manajemen Pertamina Energy Service (PES) yang membatasi ruang gerak perusahaan minyak nasional (NOC) untuk menjadi peserta di dalam pelaksanaan tender pengadaan minyak mentah dan BBM impor.
Pada 2009, Petral mulai diberi kewenangan untuk melakukan tender pengadaan BBM dan minyak mentah di mana Global Energy dan Gold Manor ikut terlibat dalam mengatur tender tersebut. Dugaan mencuat ada pihak tertentu yang turut ambil bagian dan mengutip rente.
Anggota Komisi VII DPR Inas Nasrullah menjabarkan rantai impor pun menjadi makin panjang: Produsen-Calo1-Calo2-NOC-Petral-Pertamina. "Calo1 dan Calo2 adalah perusahaan milik Mr. MR yakni bergantian: Gold Manor, Global Resources, Global Energy dan Veritra Oil yang seluruhnya berbasis di Singapura," katanya.
(obs)