Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum merampungkan satu pun berkas penyidikan perkara untuk lima tersangka proyek pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Deiyai, Papua.
Penyidik pun memperpanjang penahanan anggota DPR Dewie Yasin Limpo dan sekretaris pribadinya, Rinelda Bandaso.
Rinelda saat ditemui di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (17/12), mengaku belum segera disidang lantaran berkas penyidikan yang memuat rumusan tindak pidananya belum selesai digarap penyidik.
"Ini perpanjangan penahanan sampai 18 Januari 2016," kata Rinelda sembari bergegas masuk ke mobil tahanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mobil tersebut membawa Rinelda ke Rumah Tahanan KPK. Rutan tersebut telah menjadi tempanya mendekam sejak 21 Oktober 2015 lalu.
Saat itu, ia ditahan penyidik komisi antirasuah selama 20 hari setelah tertangkap tangan menerima duit suap. Kemudian, ia sempat menjalani masa perpanjangan penahanan pertama selama 40 hari. Ini adalah kali kedua Rinelda meneken surat perpanjangan penahanan.
Sementara itu, Dewie keluar lebih lama dari Rinelda, yakni sekitar pukul 11.50 WIB. Perempuan yang mengenakan jilbab biru dengan rompi tahanan KPK berwarna oranye ini mengaku telah meneken surat perpanjangan penahanan.
"Iya, sampai 18 Januari," katanya.
Sejurus kemudian, Dewie langsung memasuki mobil tahanan yang membawanya ke Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Terkait duit suap yang diterima Dewie, Rinelda mengaku telah mendapat instruksi dari bosnya, yang saat itu menjadi Anggota Komisi VII DPR RI.
Rinelda mengaku Dewie meminta duit untuk memuluskan pembahasan proyek pembangkit listrik mikro hidro di Kabupaten Deiyai, Papua.
Dewie mengusulkan pembahasan pembangunan listrik saat rapat kerja antara DPR dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 8 April 2015 lalu.
(utd)