IPW: Sepanjang 2015, 18 Polisi Tewas dan Puluhan Luka-luka

Megiza | CNN Indonesia
Senin, 28 Des 2015 12:02 WIB
Dari data IPW, para polisi menjadi korban pengeroyokan, penembakan, ditabrak, ditusuk, bentrokan sesama polisi, bentrok dengan TNI dan juga bunuh diri.
Dari data IPW, para polisi itu menjadi korban pengeroyokan, ditembak, ditabrak, ditusuk, bentrokan sesama polisi, bentrok dengan TNI dan juga bunuh diri. (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sepanjang tahun 2015, Indonesia Police Watch (IPW) mencatat jumlah polisi tewas di seluruh Indonesia ada sebanyak 18 orang dan 74 mengalami luka-luka.

Ketua Presidium IPW Neta S. Pane, menyebutkan para polisi tersebut merupakan korban pengeroyokan, ditembak begal, ditabrak, ditusuk, bentrokan sesama polisi, bentrok dengan TNI dan korban bunuh diri.

"Sedangkan jumlah anggota TNI yang tewas di tahun 2015 ada 10 orang dan 12 mengalami luka-luka," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Neta mencatat, jumlah polisi yang tewas ini menurun jika dibanding tahun sebelumnya.

"Tahun 2014 jumlah polisi tewas mencapai 41 orang dan luka 42. Tahun 2013 ada 27 polisi tewas dan 72 luka. Tahun 2012 ada 29 polisi tewas dan 14 luka. Tahun 2011 ada 20 polisi tewas. Di tahun 2014, polisi tewas akibat ditembak pelaku kriminal atau ditembak sesama polisi menduduki ranking tertinggi sebagai penyebab kematian polisi. Tapi di tahun 2015 angka penyebab kematian terbesar polisi adalah akibat bunuh diri sebanyak tujuh orang, ditembak empat orang, kecelakaan 3 orang, ditikam satu orang, dan akibat lainnya 3 orang," katanya.

Yang menonjol di 2015, kata dia, adalah anggota polisi dikeroyok massa maupun dikeroyok sesama polisi dan TNI.

Ia merinci jumlah polisi yang mengalami luka-luka karena dikeroyok mencapai 25 orang. Selain itu ada polisi luka-luka akibat bentrok dengan demonstran dan suporter sepak bola. Sedangkan polisi yang ditembak begal ada tiga orang dan dua polisi yang ditusuk begal.

"Ibu kota Jakarta masih merupakan daerah rawan bagi keselamatan anggota Polri," katanya.

Dia mengatakan ada 15 peristiwa di tahun ini yang membuat satu polisi tewas dan 38 lainnya luka.

"Selain itu, di Jakarta tahun 2015 ini ada dua polisi yang bunuh diri, dengan cara menembak kepalanya sendiri. Jika dibanding 2014, angka ini menurun. Di 2014 di ibu kota ada 12 peristiwa yang menyebabkan 4 polisi tewas dan 9 luka," katanya.

Daerah rawan lainnya bagi polisi adalah Jabar dan Sulsel yang pada 2015 terjadi masing-masing empat peristiwa. Disusul Sulteng dan Sumut tiga peristiwa.

Selain itu, di Papua, Lampung, Sumsel, Jatim, dan Gorontalo masing-masing dua peristiwa. Sementara di Jateng, Jogja, Maluku, dan NTB masing-masing satu peristiwa.

"Aceh yang merupakan daerah rawan konflik justru di 2015 ini sangat aman. Tidak ada polisi yang tewas dan luka di Serambi Mekkah ini," katanya.

Menurut dia, masih tingginya angka kematian polisi saat menjalankan tugas ini perlu dicermati.

"Trennya mulai meningkat sejak lima tahun terakhir. Yang paling memprihatinkan adalah tren kematian polisi akibat bunuh diri dan ditembak rekannya sendiri. Kasus ini menunjukkan bahwa psikologi sebagian anggota Polri sangat labil dan tidak mampu menahan emosi," katanya.

Tak hanya mencatat angka personel kepolisian yang tewas, IPW juga mendata adanya 22 kantor polisi dan fasilitas Polri lainnya yang diserang, dirusak, serta dibakar massa, pada tahun 2015.

"Meski jumlahnya menurun, tingkat emosional massa terhadap polisi masih cukup tinggi pada tahun 2015, sehingga massa terlalu gampang terprovokasi untuk merusak, menembaki, dan membakar kantor polisi," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane seperti dikutip dari Antara.

IPW mencatat, peristiwa terakhir terjadi pada 27 Desember 2015 malam yakni Polsek Sinak, Puncak, Papua, diserang dengan tembakan. Akibat peristiwa tersebut, tiga polisi tewas, satu luka, dan tujuh senjata dibawa kabur pelaku.

"Dengan adanya peristiwa ini pada tahun 2015 ada 21 polisi tewas dan 75 luka," ujarnya.

Di sepanjang 2015, menurut Neta, ada 18 peristiwa penyerangan dan pembakaran yang menyebabkan 21 fasilitas Polri rusak yakni 10 pos polisi, 5 polsek, satu polres, tiga rumah, dua mobil, dan satu sepeda motor polisi.

Sementara wilayah dengan perusakan kantor polisi tertinggi adalah Sulawesi Selatan.

"Di wilayah ini ada lima pos polisi dibakar dan dirusak massa. Di Jakarta dan NTT masing masing ada tiga pos polisi dibakar dan dirusak massa. Di Papua ada 2 kantor polisi dirusak. Di Gorontalo rumah kapolda dan kos-kosan polisi terbakar dilempar bom molotov. Sedangkan di Bengkulu, Jabar, Jogja, NTB, dan Jambi, masing-masing satu fasilitas Polri dibakar dan dirusak massa," ujarnya.

Dengan beragam kasus ini, IPW menilai, bukan hanya warga yang terlalu gampang emosi melihat sikap dan perilaku aparat Polri di lapangan bahkan sesama aparatpun gampang tersulut emosinya hingga dengan mudah menyerbu kantor aparat lainnya, dan kemudian merusaknya.

Pada 2015, IPW mencatat setidaknya ada dua peristiwa penyerbuan kantor polisi oleh anggota Brimob dan satu peristiwa TNI merusak kantor polisi. (antara)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER