KALEIDOSKOP NASIONAL 2015

Deretan 'Kegilaan' Ahok Sepanjang 2015

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2015 11:10 WIB
Ahok dikenal dengan gayanya yang emosional. Sikap itu kerap menuai badai dan membuat sang Gubernur memiliki musuh dari berbagai penjuru mata angin.
Ucapan Gubernur Ahok yang ceplas-ceplos kerap bikin kisruh. (CNN Indonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkenal dengan gayanya yang emosional. Tak jarang, sikap itu membuat sang Gubernur memiliki musuh dari berbagai penjuru mata angin, sejak pertama kali dilantik pada November 2014 hingga saat ini.

Berikut rentetan perseteruan Ahok dengan instansi atau individu sepanjang tahun ini.

1. Mengesahkan APBD 2015 menggunakan Peraturan Gubernur

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masalah dimulai saat pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015 antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI. Saat itu Pemprov menuding DPRD memanipulasi anggaran hingga muncullah anggaran siluman.

Tak terima, DPRD lantas menyerang Ahok dengan mengatakan draf APBD 2015 yang diserahkan ke Kementerian Dalam Negeri bukan hasil pembahasan di Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta.

APBD 2015 Jakarta bulan Maret itu tak kunjung disahkan. DPRD hampir menggunakan hak angket untuk memakzulkan Ahok dari posisi gubernur.

Ahok akhirnya menggunakan kuasanya sebagai Gubernur Jakarta dan mengeluarkan Peraturan Gubernur untuk mengesahkan APBD 2015.

Itu kali pertama dalam sejarah Jakarta, APBD disahkan melalui Pergub. Biasanya APBD selalu disahkan menggunakan Peraturan Daerah. Total anggaran APBD 2015 adalah Rp69,28 triliun.

2. Kasus UPS dan perseteruan Ahok dengan Lulung

Kasus Uninterruptable Power Supply menyeruak setelah Pemprov DKI Jakarta menemukan kejanggalan dalam alokasi anggaran pada APBD 2014. Saat itu alokasi APBD untuk pengadaan alat UPS mencapai Rp12,1 triliun.

Keanehan makin terlihat saat salah satu pemenang tender pengadaan UPS nyatanya hanya sebuah ruko yang menyediakan jasa fotokopi. Pemprov pun menuding DPRD, khususnya Komisi E, sebagai biang kemunculan dana siluman pengadaan UPS tersebut.

Sorotan lantas tertuju pada Wakil Ketua DPRD Abraham ‘Lulung’ Lunggana yang saat APBD 2014 berlaku masih menjabat sebagai Koordinator Komisi E. Tapi di luar dugaan, Lulung justru menjadi orang yang melaporkan kasus tersebut ke Badan Reserse Kriminal Polri.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham 'Lulung' Lunggana bak menjadi seteru 'abadi' Ahok. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Lulung mengklaim tak terlibat dalam kasus UPS tersebut. Dia malah menuding Ahok sebagai dalang sebenarnya dalam kasus itu.

Pada titik ini perseteruan antara Ahok dan Lulung mulai panas. Perang kata-kata antara keduanya menghiasi media-media selama kasus UPS tersebut berada di tahap penyelidikan, Maret sampai April.

Hingga akhirnya Badan Reserse Kriminal Polri menetapkan Alex Usman, Fahmi Zulfikar, Zaenal Soleman, dan Firmansyah sebagai tersangka kasus tersebut, barulah perseteruan antara Ahok dan Lulung reda.

Meski begitu keduanya bak menyimpan bara dalam sekam. Sampai sekarang, perang kata-kata masih sering terjadi antara Ahok dan Lulung.

3. Rusuh relokasi Kampung Pulo

Banjir yang tak pernah lepas dari Jakarta jadi alasan Ahok melakukan relokasi bagi warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, salah satunya di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Agustus.

Sebenarnya rencana relokasi bukan keputusan Ahok belaka, melainkan sudah dirancang sejak Ahok masih menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Jokowi masih menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Dengan relokasi tersebut, Jokowi dan Ahok berharap agar warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung bisa pindah ke rumah susun dan tak perlu lagi menghadapi banjir tiap tahun. Pun agar normalisasi Sungai Ciliwung bisa dilakukan lebih mudah.

Namun faktanya warga Ciliwung tak bisa ‘ditaklukkan’ dengan mudah. Kerusuhan pecah selama sehari penuh di Kampung Pulo. Warga yang menolak relokasi tak sungkan melawan alat-alat berat yang dibawa oleh Pemprov Jakarta.

Adu jotos dan saling lempar antara warga dan aparat gabungan yang terdiri atas polisi, TNI, hingga Satuan Polisi Pamong Praja, tak terhindarkan. Sepanjang hari itu, Kamis (20/8), kerusuhan berlangsung sejak pagi hingga sore.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penggusuran Kampung Pulo hingga 1,8 kilometer, dan menyiapkan Rusunawa Jatinegara Barat bagi warga terdampak. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kerusuhan baru mulai reda saat Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian, Wakil Gubenur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, dan sejumlah anggota DPRD DKI datang langsung ke lokasi.

Tak ada korban jiwa dalam kerusuhan itu. Namun sejumlah elemen masyarakat terluka. Beberapa alat berat milik Pemprov pun dibakar warga yang sudah sangat emosi.

Simak berikutnya: Jakarta-Bekasi Tegang gara-gara Sampah Bantargebang

Deretan 'Kegilaan' Ahok Sepanjang 2015

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER