Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Metro Jaya menyatakan telah terjadi peningkatan signifikan terhadap kasus narkoba yang terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Hal tersebut berdasarkan hasil evaluasi sejak bulan Januari hingga Desember 2015.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan, kejahatan narkoba di wilayah hukum Polda Metro Jaya mengalami peningkatan sebesar 8 persen, yaitu pada tahun 2014 sebesar 4.933 kasus menjadi 5.305 kasus pada tahun 2015.
"Jumlah penyelesaian perkara mengalami peningkatan sebesar 7 persen, yaitu sudah 4.944 kasus yang diselesaikan dan sisanya masih dalam proses sidik," ujar Tito dalam press release akhir tahun 2015 Polda Metro Jaya di Gedung Biro Operasi Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/12).
Tito mengungkapkan berdasarkan data Kepolisian, narkoba ekstasi dan sabu mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Kasus ekstasi, Tito menyampaikan mengalami peningkatan sebesar 780,5 persen atau dari 87.306 butir yang berhasil diungkap pada tahun 2014 menjadi 768.804 butir pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kasus sabu, Tito mengatakan mengalami kenaikan 301,4 persen atau dari 253,24 kilogram pada tahun 2014 menjadi 1,016 ton pada tahun 2015.
"Dua itu mengalami peningkatan signifikan. Banyak modus yang digunakan untuk mengedarkan narkoba di DKI. Jaringannya juga banyak ada Tiongkok, Taiwan dan lain-lain," ujar Tito.
Berdasarkan data, anggota Kepolisian RI yang terlibat kasus narkoba mengalami peningkatan sebanyak 21 persen, yaitu dari 19 anggota pada tahun 2014 menjadi 23 anggota pada tahun 2015.
Tito menyampaikan Warga Negara Asing yang terlibat dalam kasus narkoba mengalami penurunan menjadi 65 orang dari 78 WNA pada tahun 2014 lalu. Namun, WN Indonesia yang terlibat dalam kasus narkoba mengalami peningkatan sebesar 3,9 persen, dari 6.275 WNI pada tahun 2014 menjadi 6.501 pada tahun 2015.
"Total barang bukti yang disita bila dikonversi dengan rupian setara Rp2,428 triliun dan dapat menyelamatkan jiwa anak bangsa sebanyak 16.971.957 jiwa," ujar Tito.
(bag)