Indonesia Siaga: Ancaman Teror Bayangi Pergantian Tahun

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Kamis, 31 Des 2015 07:13 WIB
Densus memburu dan membekuk lebih dari 10 orang terduga teroris di berbagai daerah. Belasan ribu polisi diturunkan menjaga ibu kota. RI Siaga I aksi teror.
Perayaan tahun baru dibayangi ancaman teror. (Picjumbo/Viktor Hanacek)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pergantian tahun yang biasa dirayakan dengan riang gembira, kini sedikit berbeda. Kepolisian Republik Indonesia dan Badan Intelijen Negara menetapkan status Siaga I untuk Indonesia. Kedua lembaga penjaga keamanan Republik itu berpendapat ancaman teror kali ini sungguh tak dapat disepelekan.

Maka menjelang akhir tahun, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri bergerak melakukan penangkapan di sejumlah daerah. Lebih dari 10 orang yang diduga terlibat kelompok radikal ISIS dibekuk. Hinggga hari terakhir tahun ini, Kamis (31/12), perburuan terduga teroris masih terus dilakukan, dan belasan ribu polisi diturunkan menjaga ibu kota.

Ancaman itu bermula pada akhir November 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rela atau tidak rela, panji hitam ini akan berkibar dengan izin Allah di atas Istana Merdeka dan akan kami hancurkan Polda Metro Jaya."

Kalimat itu berasal dari video yang diunggah akun Muhammad Bahrunnaim Anggih Tamtomo di media sosial Facebook. Suara dalam video itu diduga keluar dari mulut bos teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah.
Staf Ahli Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Wawan Purwanto, mengatakan orang dalam rekaman video tersebut diduga memang Santoso. Walau demikian, tim forensik harus melakukan verifikasi untuk memastikannya.

Ancaman seperti itu bukan hal baru di Indonesia. Potensi ledakan bom pun, ujar Wawan, masih mengancam masyarakat.

Nama Santoso masuk ke daftar teratas buronan teroris Kepolisian sejak mendalangi penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di Kantor Bank Central Asia Palu, Sulawesi Tengah, 25 Mei 2011.

Setahun setelahnya, Santoso terus melakukan serentetan aksi teror di Poso. Dia menculik dua anggota Kepolisian Resor Poso yang melintas di Dusun Tamanjeka untuk menjebak petugas lainnya dengan ranjau.
Polri dibantu Tentara Nasional Indonesia telah menggelar tiga jilid Operasi Camar Maleo untuk mencari Santoso si teroris berbahaya. Belakangan, polisi juga menyebut Santoso telah berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah alias ISIS.
Menjelang Desember, CNN Indonesia memperoleh informasi bakal ada serangan ISIS ke Indonesia dalam waktu dekat. Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, meski sempat berkelit, akhirnya membenarkan informasi tersebut.

"Ancaman itu sekarang ada, tiga bulan yang lalu juga ada,” kata Badrodin, 1 Desember.

Dia mengatakan ancaman itu bisa berupa serangan bersenjata dari kelompok teroris terafiliasi ISIS seperti Santoso.

Situasi bisa lebih buruk karena propaganda ISIS juga menyebar melalui internet sehingga banyak orang bisa terpengaruh untuk melakukan serangan.

Ancaman-ancaman itu, kata Badrodin, menjadi salah satu pertimbangan Polri untuk meningkatkan pengamanan di berbagai objek vital.

"Hampir semua pihak di negara ini siaga, tidak hanya Kepolisian. Tempat-tempat seperti bandara juga kami tingkatkan pengamanannya. Kami antisipasi semaksimal mungkin," kata Badrodin.

Siaga I

Selain bandara-bandara dan pusat keramaian yang kini ditingkatkan pengamanannya, Markas Besar Polri di Jakarta juga dijaga lebih ketat.

Petugas bersenjata laras panjang rutin berpatroli berkeliling kompleks yang terletak di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, itu. Awak media yang hendak meliput pun diperiksa dan diwajibkan mengenakan tanda pengenal.
Kondisi Siaga I diumumkan Polri dan BIN di kantor Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, menjelang Natal. Siaga I ditetapkan setelah kedua lembaga melihat seriusnya ancaman terorisme akhir tahun ini.

Bulan lalu, Badrodin mendapatkan informasi terkait rencana terorisme di Jakarta dan Jawa Tengah yang akan dilancarkan Desember ini. Informasi yang didapat Badrodin itu diperkuat oleh Kepolisian Federal Australia dan intelijen Singapura. Mereka menyimpulkan hal yang sama: Indonesia jadi target teroris.

Polri makin waspada. "Kami lakukan langkah-langkah pencegahan. Kami ikuti dan awasi semua pergerakan dari kelompok teroris yang selama ini terdata di kami," kata Badrodin.

Perburuan dan penangkapan

Bersamaan dengan ditetapkannya status Siaga I, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri gencar melakukan operasi penangkapan. Akhir pekan sebelum natal, sedikitnya sembilan orang teroris dibekuk Kepolisian.

Bocah melintas di depan rumah terduga teroris di Desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Di wilayah itu, Densus membekuk tiga orang terduga teroris danmenyita buku jihad beserta sejumlah dokumen. (ANTARA/Syaiful Arif)
Para teroris menarget beberapa kota besar di Indonesia, antara lain dua kota di Jawa, satu kota di Sumatra, dan satu kota di Kalimantan.

Polri lantas memetakan 13 daerah rawan teror saat pergantian tahun. Ketiga belas darerah itu ialah Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat termasuk di dalamnya Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Ambon, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Teroris mengincar kantor polisi, tempat ibadah, pejabat Densus 88 Antiteror, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan pemerintah.

Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Komisaris Jenderal Putut Eko Bayuseno mengatakan pusat keramaian adalah lokasi paling memungkinkan terjadinya teror.

Sehari sebelum malam pergantian tahun, Densus kembali membekuk dua orang terduga teroris di Solo. Keduanya disebut polisi berafiliasi dengan ISIS di bawah koordinasi seorang warga Indonesia berinisial BN di Suriah.

"Yang kami khawatirkan, jangan sampai ada aksi pada tahun baru ini. Untuk itu kami segera mengejar mereka (teroris) dan mempersempit ruang geraknya,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan.

Tak ada yang lebih melegakan ketimbang mengiringi pergantian tahun dengan aman dan damai.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER