Jakarta, CNN Indonesia -- Yusri Isnaeni, ibu rumah tangga asal Koja yang melaporkan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ke Polda Metro Jaya dan menggugatnya Rp100 miliar, menyatakan tak ada motif ekonomi di balik gugatannya itu.
“Harga diri saya jangan disamakan dengan tuntutan Rp100 miliar itu. Intinya saya mau Ahok minta maaflah ke saya secara terbuka,” kata Yusri kepada CNNIndonesia.com.
Ia mengatakan tak berniat memperbaiki kondisi ekonominya dengan menggugat Ahok Rp100 miliar. Ia hanya menggugat karena merasa Ahok mencemarkan nama baiknya. (Simak Fokus:
KISAH IBU GUGAT AHOK Rp100 MILIAR)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya tidak bisa berandai-andai (jika gugatan dikabulkan). Saya tidak tahu bagaimana nanti. Kalau dikabulkan, ya itu Tuhan yang mengatur,” ujar Yusri.
Yusri yang tinggal di Jalan Mahoni, Koja, Jakarta Utara, bukan berasal dari keluarga berada. Untuk membiayai sekolah kedua anaknya, dia mengandalkan bantuan keluarga besar dan sedikit penghasilan dari kegiatannya di organisasi Gerakan Masyarakat Peduli Anti-Narkoba (Gemapana).
“Sedikit bantuan dari aktivitas saya di Gemapana itu lumayan untuk membiayai anak saya, soalnya saya ibu rumah tangga biasa dan sudah pisah dari suami,” kata Yusri.
Di Jakarta, Yusri tinggal di rumah neneknya bersama ibu, saudara, dan anak-anaknya.
Yusri menggugat Ahok –sapaan Basuki– karena sang Gubernur menyebutnya maling ketika dia sedang menyampaikan keluhannya soal layanan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Alih-alih mendapat penjelasan kenapa sistem KJP sering
offline seperti yang ia alami saat hendak berbelanja seragam dan sepatu untuk anaknya, Yusri justru diancam dipenjarakan.
Saat berkunjung ke kediaman Yusri, wartawan CNNIndonesia.com Lalu Rahadian sempat melihat KJP, buku tabungan Bank DKI, dan nota pembelian perlengkapan sekolah. Yusri juga menunjukkan struk bukti penarikan uang KJP milik anak Yusri oleh calo Pasar Koja.
Oleh sebab Yusri menarik dana tunai dari KJP itulah ia dikatai Ahok maling, karena dana KJP tak dapat ditarik tunai. Namun, kata Yusri, ia menarik dana karena terpaksa, setelah sistem KJP di Pasar Koja
offline selama lima hari berturut-turut sehingga ia tak bisa berbelanja perlengkapan sekolah untuk anaknya kecuali dana ditarik tunai.
(agk)